Puasa sudah memasuki hari ke
sembilan, tapi keluarga Mama Kepiting sama sekali belum berbuka puasa di luar.
Memang sudah ada jadwal di tanggal 30 Mei dan tanggal 2 Juli, yaitu ifthor
bersama ex TK Mas Amay (karena Mama masih menjadi pengurus komite), dan ifthor
bersama teman-teman SD Mas Amay. Tapi sejujurnya, Mama masih bingung akan
bagaimana buka bersama nanti.
Untuk TK Mas Amay, Mama
sebenarnya sudah berencana untuk minta ijin tidak hadir, karena selain
tempatnya lumayan jauh, Mama juga pusing memikirkan bagaimana jika Dek Aga
rewel di sana. Tapi belum juga sempat ijin, semalam Ust Rina meminta Mama
menjadi MC di ifthor nanti. Hihi, padahal Mama suka grogi, masa diminta jadi
MC? Tapi Ust Rina adalah Ust Rina, yang pandai merayu dan membesarkan hati
Mama. Entah bagaimana, Mama jadi tak kuasa menolaknya. :D
Nah, tinggal ifthor bersama
teman-teman SD, nih. Mama sudah merayu Papabebi, supaya Papa saja yang datang
nanti. Tapi Papabebi selalu beralasan, “Malu ah, nanti Papa jadi satu-satunya bapak-bapak
di sana...” Padahal ketakutannya itu seringkali tidak terbukti. Seperti waktu
out bond akhir tahun lalu, ada beberapa bapak-bapak yang mengantar anak-anaknya
kok.
Akhirnya, seringkali Mama kembali
mengalah. Menghadiri acara meski dengan membawa Dek Aga. Sejujurnya Mama masih
agak trauma, jika mengingat buka bersama tahun lalu bersama Tante Diba dan Om
Apip, semalam sebelum kami mudik.
Kami sudah berbuka di rumah
kantor, dengan segelas teh manis hangat dan beberapa potong gorengan. Setelah
sholat Maghrib, kami baru berangkat ke tempat berbuka, yang tak seberapa jauh
dari kantor Papa. Cara ini belakangan memang kita pilih, agar tidak kehilangan
waktu sholat Maghrib, yang jauh lebih wajib dan lebih berharga dari sekedar
buka bersama di restoran, yang seringkali memakai dalih silaturrahmi.
Tentu tidak semua yang berbuka
puasa di luar, menomorduakan sholat maghrib yaa.. Tapi bisa kita rasakan
sendiri, kok, mana yang lebih nyaman. Sholat maghrib di rumah, atau di
restoran, yang terkadang seperti diburu-buru oleh pengunjung lainnya yang antri
di belakang.
Maka dari itu, sejak punya Dek
Aga, Mama lebih senang memilih untuk berbuka puasa di rumah makan yang tidak
jauh dari rumah, dan berangkat ke sana setelah selesai sholat maghrib di rumah.
Enaknya, tempatnya sudah relatif lebih sepi, karena beberapa pengunjung sudah
menyelesaikan makannya. Kita juga tidak kehilangan kekhusyu’an dalam
mengerjakan sholat Maghrib yang waktunya paling sempit di antara waktu sholat
lainnya. Resikonya, sholat isya’ dan tarawihnya terlambat, jadi harus menunaikannya
sendiri di rumah.
Nah, tahun lalu, saat berbuka
puasa di luar, kondisi Mama dan Papa memang sedang tidak fit. Tapi hari itu
adalah hari terakhir kantor sebelum libur lebaran. Maka, acara buka bersama tetap
diadakan.
Qodarullah, Dek Aga rewel, nangis
melulu. Mama mempersilakan Papa untuk makan lebih dulu. Papa pun makan dengan
buru-buru. Setelah Papa selesai, Papa mengambil alih Dek Aga. Tapi, ya memang
karena Dek Aga sedang jelek mood-nya, dia nangis terus. Bener deh, Mama sampai
kehilangan nikmatnya berbuka. Apalagi Mama sempat tersedak juga, dan itu
membuat Mama terbatuk-batuk, hingga seluruh isi perut Mama keluar. Yah,
kebetulan kondisi Mama dan Papa juga sedang sakit kan?
crying toddler from chacomsig |
Duh, kalau mengingat hari itu,
rasanya Mama kapok membawa toddler berbuka puasa di luar. Tapi, setelah Mama
ingat-ingat lagi, dulu waktu Mas Amay masih kecil, Mas Amay juga sering kok
diajak makan di luar. Kami bahkan sering sekali berbuka puasa bersama Mas Arka,
sahabatnya Mas Amay sedari bayi. Ya mungkin karena Mas Amay lebih mudah
ditenangkan saat rewel dibandingkan Dek Aga yaa.
Jadi menurut Mama Kepiting
bagaimana? Mengajak Toddler berbuka puasa, yay or nay?
Jawaban Mama, tergantung.
- Mama harus melihat dan memahami karakter si toddler bagaimana. Kalau senang berada di keramaian, saat rewel mudah ditenangkan dan perasaannya mudah dikendalikan, Mama akan jawab yay.
- Syarat lainnya, harus ada orang dewasa lainnya yang bisa bergantian mengasuh si toddler, dalam hal ini, Papa.
Jika kedua syarat itu tak
terpenuhi, udah deh, mending buka puasa di rumah aja, tak kalah nikmatnya. Hihihi...
Dan untuk teman-teman di Solo
yang sedang mencari tempat berbuka puasa, bisa ke sini yaa:
- Ibarbo Food Court, Kottabarat
- Kebon nDeso, Colomadu
- Cemokot, Wedangan nge-Hits di Klodran, Colomadu, Karanganyar
Emang bener ini.. senikmat-nikmatnya makan di luar tetep enakan makan di rumah, apalagi kalau toddlernya rewelan gitu ya.
ReplyDeleteIya Mbak.. malah jadi emosi doang kan..
DeleteAku mending buka di rumah aja deh, ato bikin acara bukber di rumah. Kalopun ada acara bukber di luar, kadang aku pilih berangkat sendiri aja dan segera pulang setelah selesai.
ReplyDeleteMbak Rara kan bisa dan mau ditinggal sendiri. Aga mana bisa? wkwkwk
DeleteHaaa diyap2 jugs ijk mb rin bawa asyiqa bukber di kantor paksu, secara itu yg pualing ditunggu2 bliau wkwk, cm akooh blom kebayang pasti bakal ugat uget kayak enthung ni bayik karena ga betahan...maybe mirip mas agha
ReplyDeletemending kalau cuma ugat uget, kalau teriak-teriak? gimana? wkwkwkw
DeleteKemrungsung ya Ma kalo toddler rewel gitu...
ReplyDeletebanget, Ma.. bikin kapok jadinya...
Deleteaku juga sepuluh hari ini berbuka di rumah terus... dulu pas anak anak kecil juga ga pernah ngajak berbuka bersama, gak kebayang rempongnya kalau bawa rombongan hehehe. Makanya, beberapa waktu lalu pas aku ikut reuni, Bapaknya yang kebagian momong...
ReplyDeleteHahaha, kan anak-anak udah gedean juga ya, Mbak..
Delete