Assalamu'alaikum semua.. Tulisan kali ini sedikit berbeda, karena Mama Kepiting sedang berkolaborasi dengan #BloggerKAH untuk membahas tentang bagaimana meningkatkan kecerdasan anak.
Omong-omong, udah pada kenal sama tante-tante di #BloggerKAH, kan? Ya betul, ada Tante Rani R Tyas, juga Tante Widi Utami alias Tante Widut. Nanti kita simak tulisan Tante Rani tentang 7 Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosi Balita dan Tante Widut juga yaa..
Omong-omong, udah pada kenal sama tante-tante di #BloggerKAH, kan? Ya betul, ada Tante Rani R Tyas, juga Tante Widi Utami alias Tante Widut. Nanti kita simak tulisan Tante Rani tentang 7 Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosi Balita dan Tante Widut juga yaa..
Kembali ke topik bahasan kali ini, kita tentu sudah tahu bahwa kecerdasan itu bermacam-macam, yaa.. Bahkan sebenarnya manusia memiliki 8 Macam Kecerdasan Majemuk.
Nah, Mama ingin membahas salah satu di antara 8 kecerdasan majemuk itu, yaitu Kecerdasan Linguistik. Kecerdasan Linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Ciri-cirinya antara lain; senang berdiskusi dan menulis, suka membaca, menyukai permainan scrabble atau puzzle, dll. Jika seseorang memiliki kecerdasan linguistik, ia akan cocok menjadi jurnalis, news presenter, penyair, penulis, atau pengacara.
8 Multiple Intelligence, from kayusirih.com |
Bicara tentang Kecerdasan Linguistik, lebih dari setahun belakangan, Mama mulai intens mengejar ketertinggalan Aga di bidang ini. Iya, dibanding Mas Amay, kemampuan biacara Aga memang cenderung terlambat. Jika di usia 26 bulan, Mas Amay sudah bisa menyanyi Cicak di Dinding, Balonku, dll, Aga baru bisa melakukannya di usia 3 tahunan. Itu pun belum terlalu jelas, hanya nadanya saja yang sudah tepat.
Baca: Mengapa Anak Saya Belum Bisa Bicara?
Tapi secara tidak sengaja, di usia Aga yang hampir 3 tahun, Mama menemukan sebuah metode yang cukup berhasil membuatnya senam lidah. Berawal dari keinginannya untuk bergabung bersama Mama dan Mas Amay setiap kami mengaji, Aga pun belajar membaca iqro'.
Seperti ini,
Lama-lama, belajar mengucapkan suku kata per suku kata, membuat Aga mampu menyusun satu kata sederhana dengan tepat. Dari satu kata itu, kemudian bertambah menjadi dua kata, tiga kata, dan seterusnya.
Jika dulu Aga memanggil mama papa dengan "ama" dan "apa", kini ia sudah dapat memanggil kami dengan "mama" dan "papa". Sekarang bahkan ia sudah bisa mengucapkan namanya sendiri dengan "Aga", dan bukan "Aja". Dan sebulan belakangan, setiap ia bangun tidur, ia akan mengatakan, "Mama, Aga sudah bangun."
Ya Allah, nyesss rasanya...
Memang untuk bisa mencapai titik ini sungguh membutuhkan kesabaran yang panjang, karena selain stimulasi yang harus dilakukan secara terus-menerus, kita juga tidak boleh melupakan kesiapan organ speech-nya juga. Tapi Mama cukup puas dengan hasilnya. Alhamdulillah.. Kini kami bisa membuktikan bahwa Aga tidak "bisu", tidak juga bermasalah dengan pendengaran.
Nah, sekarang, Aga sedang menyukai lagu ini. Ada lirik yang lupa sih, tapi buat Mama, ini sudah cukup sempurna.
Terima kasih untuk kegigihanmu, ya, Nak... Mama bangga padamu. :)