Beberapa waktu lalu saya mendengarkan sebuah podcast yang membahas tentang Toxic Parent. Setelah mendengarkan podcast tersebut, saya langsung melihat ke dalam diri sendiri. Apakah ciri-ciri orang tua yang toxic ada di dalam diri saya? Sepertinya iya. Saya pun mencari tahu, bagaimana cara mendidik anak agar bisa menjadi anak yang berbakti, cerdas, sukses, tanpa membuat kita menjadi toxic parent?
Sebelum terlalu jauh, kita cari tahu dulu, yuk, apa itu toxic parent?
Toxic Parent adalah tipikal orang tua yang senang mengatur anak sesuai dengan kemauannya, tanpa menghargai dan memahami perasaan anak. Jika good parent akan selalu respect terhadap anak-anaknya, toxic parent justru sebaliknya, merasa bahwa orang tua selalu benar, sehingga mengabaikan hak-hak anak untuk didengarkan dan diperlakukan dengan baik seperti seharusnya.
Untuk mengetahui apakah kita termasuk toxic parent atau tidak, simak tanda-tandanya berikut ini, Ma.
- Egois dan kurang empati pada anak. Ayo diingat-ingat lagi, apakah kita lebih sering mendahulukan kebutuhan dan perasaan kita dibandingkan kebutuhan dan perasaan anak?
- Terlalu reaktif dan emosional. Toxic parent sering bereaksi secara berlebihan, terlalu mendramatisasi keadaan, dan sering marah secara tiba-tiba.
- Suka mengontrol anaknya secara berlebihan
- Sering mengkritik
- Sering membanding-bandingkan
- Suka mengancam atau menakut-nakuti
- Manipulatif, playing victim, tidak mau meminta maaf apabila melakukan kesalahan
- Suka mengungkit apa yang telah dilakukan untuk anak
- Senang memberikan demand atau permintaan yang kurang masuk akal
Kadangkala, kita tanpa sadar telah menjadi orang tua yang toxic ya, Ma... Misalnya, ketika anak menolak untuk makan, lalu kita ungkit-ungkit bahwa nasi yang kita hidangkan adalah hasil kerja keras orang tua, dll. Atau, tanpa sadar kita membandingkan kemampuan anak kita dengan anak teman kita. Maksudnya sih baik untuk memotivasi, tapi caranya justru membuat anak sakit hati.
Baca: Dear Mama, Apakah Ketidaksempurnaan adalah Dosa?
Lalu, bagaimana cara mendidik anak agar mereka tumbuh menjadi anak yang baik, tanpa harus membuat kita menjadi toxic parent?
1. Memilih Kata-kata dengan Bijak
Anak adalah peniru ulung. Mereka tidak hanya meniru perilaku kita, tetapi juga merekam setiap perkataan kita. Jika orang tua terbiasa berbicara kasar, jangan kaget bila anak-anak pun melakukan hal yang sama.
2. Jadilah Pendengar yang Baik
Apa yang anak-anak katakan pada kita, adalah hal yang penting untuk mereka. Jadi, jangan dicuekin ya, Ma... Ketika kita mendengarkan detail ucapan mereka, mereka akan merasa dihargai. Kelak, ketika kita berbicara pun, mereka akan terlatih untuk mendengarkan. Dengan begitu, nilai-nilai yang kita ajarkan akan lebih mudah meresap dalam perilaku mereka.
3. Bantu Anak untuk Mengekspresikan Emosi Mereka
Yakinkan pada mereka bahwa menangis, tertawa, marah, kecewa, bukanlah hal yang tabu atau dilarang. Menangis adalah salah satu cara untuk berekspresi, baik bagi perempuan maupun laki-laki. Jadi, ngga ada tuh istilah "laki-laki ngga boleh nangis".
4. Terapkan Disiplin dan Apresiasi
Ketika anak berhasil melakukan sesuatu, berikanlah pujian. Jangan terlalu pelit memuji ya, Ma... Pujian dalam kadar tertentu, akan membuat anak merasa dihargai usahanya.
5. Jadilah Teman yang Baik untuk Anak-anak
Di Festival Literasi Digital yang diselenggarakan KEB minggu lalu, salah seorang narasumber, Mak Retno De Krsitiani, mengatakan bahwa orang tua tidak boleh berhenti belajar. Orang tua harus juga mengikuti perkembangan zaman, agar tidak timbul gap yang terlalu jauh antara orang tua dan anak. Soal game? Bila perlu, sesekali mabar dengan anak juga oke tuh. 😉
Baiklah, itu dia yang bisa saya bagikan tentang bagaimana cara mendidik anak yang baik. Semoga bermanfaat ya, Ma... Tulisan ini juga sebagai pengingat untuk Mama Kepiting, supaya ngga terus-terusan jadi toxic parent. Bismillah ya, Ma... Semoga Allah beri kemudahan untuk kita dalam mendidik anak-anak. Aamiin aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin...
Ditulis dengan Cinta, Mama