Mama yang memiliki ABG, tentu paham ya, betapa mendampingi anak yang sudah beranjak gede itu cukup challenging.
Di usia ini, anak-anak sudah mulai merasa ngga terlalu membutuhkan
orang tua. Sulung saya, jangankan diajak berfoto bersama, diajak
jalan-jalan aja mager (males gerak, pen). Maunya menyendiri.
Nah, minggu lalu, kami sekeluarga pergi ke Jogja karena ada beberapa acara keluarga. Kami menginap di rumah salah satu sahabat di Jogja bagian atas. Karena momennya sangat santai, maka hari itu saya jadikan sebagai waktu untuk memperkuat bonding dengan anak-anak, terutama dengan si sulung yang sudah menginjak usia pra remaja.
Meski sebenarnya membangun bonding dengan anak tidak perlu menunggu waktu liburan, tetapi karena di hari biasa kami berkutat dengan kesibukan masing-masing, jadi waktu liburan ini menjadi sangat berharga. Kami berjalan-jalan santai ke sungai, bahkan sempat membuat reels instagram bersama. Seru!
Video reels di atas juga bisa dilihat di instagram saya: @arinta.adiningtyas
Pertanyaannya, kok tumben Mas Amay mau ya? Hihi, iya, alhamdulillah banget dia mau. Mungkin karena lagu dan filternya juga lucu. Oiya, untuk filter ini, saya persilakan Mas Amay untuk memilih sendiri yang mana yang dia suka. Mama ngikut aja, walaupun agak geli juga. Haha...
Oiya, sebenarnya bonding antara orang tua dengan anak itu, maksudnya bagaimana sih?
Bonding adalah sebuah ikatan emosional yang terjadi antara orang tua dengan anak. Hubungan ini tercipta melalui pola pengasuhan yang membangun ikatan antara satu dengan yang lain.
Manfaat bonding ini banyak sekali loh. Bahkan, tidak hanya mempengaruhi kecerdasan anak, tapi bonding dengan anak juga berpengaruh pada kesehatan fisik dan mentalnya. Beberapa manfaat bonding dengan anak, antara lain:
1. Bisa meningkatkan imunitas
Bagaimana ikatan emosional antara orang tua dengan anak bisa meningkatkan imunitas? Jadi, menurut penelitian, anak yang merasa secure (merasa aman) terhadap orang tuanya, cenderung memiliki kesehatan mental yang baik.
Bagaimana kondisi dan suasana hati kita, ternyata berpengaruh pada fisiologi sistem saraf dan kekebalan. Tidak perlu jauh-jauh, kita lihat saja pada diri sendiri. Saat mengalami stres, biasanya imunitas menurun, penyakit juga akan lebih mudah datang.
Nah, pada anak-anak pun begitu. Anak yang merasa aman, nyaman di dekat orang tuanya, mendapat dukungan penuh dari keluarga, merasa diakui keberadaannya, akan tumbuh dengan perasaan bahagia, dan dengan begitu, kondisi imun tubuhnya pun akan lebih baik.
2. Anak akan lebih pandai mengatasi masalah
Anak yang secure terhadap orang tuanya, akan memiliki kepercayaan diri karena paham value dirinya. Hal ini juga akan mempengaruhi kecakapannya dalam memecahkan masalah yang ia temui di kemudian hari. Anak akan memiliki emosi positif yang lebih sering, menjadi lebih kreatif, mampu berinisiatif, lebih peka dengan lingkungannya, bahkan memiliki kemampuan untuk memimpin.
3. Anak akan lebih berprestasi
Bonding dengan orang tua, ternyata juga dapat mempengaruhi prestasi anak di sekolah. Anak yang dekat dengan orang tuanya biasanya lebih memiliki motivasi untuk belajar. Apalagi jika orang tua, terutama ibu, berperan dalam menjadi sekolah pertama untuk anak.
Lebih dari itu, bonding yang kuat antara orang tua dan anak akan membentuk keluarga yang saling menyayangi. Tentu ini menjadi impian kita bersama ya, Ma... Untuk itu, mari kita mulai kuatkan perasaan itu, Ma...
Langkah-Langkah yang Bisa Dilakukan untuk Membangun Bonding dengan Anak
Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk memperkuat bonding antara orang tua dengan anak, (di artikel ini, saya akan mengkhususkan untuk anak yang sudah beranjak remaja) di antaranya;
1. Sering-sering Mengobrol
Meskipun di usia ini anak-anak lebih suka menghabiskan waktunya dengan menyendiri, tapi sebenarnya mereka tetap ingin tahu apakah orang tuanya peduli dengan kehidupan mereka atau tidak. Karenanya, percakapan yang intens bersama anak remaja tetap perlu dilakukan sesering mungkin, agar anak tahu bahwa kehidupan mereka tetap berarti untuk kita.
2. Belajar untuk Mendengarkan
Bagaimana respon kita saat mengobrol dengan anak-anak, akan mempengaruhi antusiasme mereka saat bercerita. Meski faktanya cukup sulit mengendalikan diri untuk tidak berkomentar atau untuk tidak membenarkan pendapat mereka (yang menurut kita mungkin kurang tepat), tapi ingat, saat ini yang lebih penting adalah bagaimana mempertahankan komunikasi yang terbuka. Daripada besok-besok anak kita kapok dan ngga mau cerita lagi, ya kan, Ma?
3. Habiskan Waktu Bersama
Semakin anak-anak bertambah usia, semakin berkurang waktu untuk bersama mereka. Mereka sudah semakin sibuk dengan tugas-tugasnya, bahkan kadang, di rumah cuma untuk istirahat dan tidur saja. Jadi, saat semua memiliki waktu luang, maksimalkan kesempatan itu. Ngga harus dengan jalan-jalan atau liburan, bahkan bersih-bersih rumah atau menonton film bersama di rumah pun bisa memperkuat ikatan.
Baca juga: Jenis Olahraga yang Bisa Menguatkan Bonding Antara Orang Tua dan Anak
4. Terlibat dalam Studi, Aktivitas, dan Pertemanan Anak-anak
Walau antar jemput sekolah itu kadang melelahkan, apalagi jika sekolahnya jauh dan mesti menembus kemacetan, tapi demi anak, lakukanlah. Kadang, di perjalanan itu kita justru punya aneka macam bahan obrolan.
Saya termasuk salah satu Mama yang senang mendampingi anak-anak berkegiatan di sekolah. Saat ekstra kurikuler misalnya, terkadang saya menunggui mereka.
Dengan teman baik anak-anak pun saya berusaha mengenal. Oiya, si sulung punya 4 orang sahabat laki-laki. Mas Amay dan keempat sahabatnya kami namai Pandawa Lima. Saking dekatnya, bahkan saat khitan pun mereka khitan di tempat yang sama, dengan waktu yang berdekatan (bisa dibilang berbarengan, hanya dibedakan saja jadwalnya karena pandemi tidak memperkenankan kita bergerombol).
Baca cerita khitannya di sini: Pengalaman Mengkhitankan Mas Amay di Solo Khitan Center
5. Percayai Anak, Hargai Pendapatnya, dan Jadi Support System Untuknya
Agar sebuah hubungan bisa terjalin dengan baik, masing-masing pihak harus saling mempercayai satu sama lain. Rasa saling percaya tak hanya diperlukan dalam hubungan suami istri, antara orang tua dengan anak pun begitu.
Memang butuh waktu ya, Ma... Saya pun masih belajar untuk ini, karena kadang di hati saya masih tebersit keraguan terhadapnya. Entah itu tentang kemampuannya, entah itu tentang pilihan-pilihannya. Namun, saya sadar, saya harus melatih tumbuhnya rasa percaya itu. Karena ketika anak merasa dipercaya, anak akan merasa dihargai, kepercayaandirinya akan tumbuh, dan ia pun akan belajar bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan.
~
Saat anak-anak kecil, waktu terasa lambat berjalan. Namun, seiring dengan bertambahnya usia mereka, seiring dengan tumbuhnya kemandirian di diri mereka, kita akan menyadari betapa waktu seolah berlari. Untuk itu, Ma, selagi ada banyak waktu untuk bersama, habiskan dengan saling menyayangi, karena waktu tak akan pernah kembali.
Ditulis dengan Cinta, Mama