Materi Pubertas di Pelajaran Kelas VI SD

Sunday, May 14, 2023


Tadi malam sewaktu mengantar si bungsu ke dokter untuk berobat, di samping saya duduk seorang ibu dan anak perempuannya, yang menurut perkiraan saya, umurnya sekitar 4 - 5 tahun. Anak kecil itu mengambil sebuah majalah (Majalah Hadila) yang disediakan di ruang tunggu. Di sampulnya, ada judul yang menarik mata saya; "Dampingi Anak di Usia Pubertas". Anak itu membuka lembar demi lembar, melihat-lihat gambarnya, hingga halaman terakhir. Ya, tentu saja dia tidak membaca isinya, karena itu bukan majalah untuk usianya. Namun, yang duduk di sampingnya inilah (saya maksudnya) yang amat sangat tertarik untuk membaca isinya.


Dampingi Anak di Usia Pubertas
Majalah Hadila, sumber: Shopee instalibrary


Anak itu lalu mengembalikan majalah yang dipegangnya ke tempat semula. Ia kemudian memilih buku lainnya lagi. Sebenarnya saya sangat ingin mengambil majalah tadi, tapi Mbak Perawat keburu memanggil nama Aga untuk diperiksa. Hiks...

Kenapa saya ingin sekali membaca majalah itu? Seperti yang sudah saya tulis di awal, majalah itu sedang membahas tentang pubertas. Issue ini sedang saya dalami, mengingat bahwa si sulung sudah berusia 12 tahun. Meskipun saya sudah mempersiapkan diri sejak jauh-jauh hari, dan paham bahwa mendampingi anak yang beranjak remaja memiliki tantangan yang berbeda, nyatanya memang setiap waktu ada saja kejutan yang saya hadapi.


Dan rasanya, semakin saya banyak membaca, banyak belajar, saya malah merasa semakin bodoh. Karena jadi ada rasa menyesal, harusnya saya begini, harusnya saya begitu. Namun memang, harus diakui bahwa ada perbedaan antara mereka yang mempelajari sesuatu, dengan yang sama sekali tidak mencari tahu. Jadi, Mama-Mama, tetaplah rajin belajar, ya... :)

Beruntungnya, di kelas 6 SD, ada beberapa pelajaran yang membahas tentang pubertas. Karena anak saya sekolah di sekolah yang berbasis Islam, maka wajar jika di pelajaran PAI-nya sudah disinggung tentang persiapan menghadapi masa balig. Yang membuat saya lebih lega lagi, di pelajaran IPA, anak-anak juga sudah mulai diajarkan tentang apa itu pubertas dan bagaimana menghadapinya.

Pubertas di Pelajaran IPA Kelas 6 SD


Setiap makhluk hidup mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Jika pertumbuhan adalah proses pertambahan jumlah dan ukuran sel tubuh, perkembangan adalah proses pematangan organ-organ tubuh. Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari bayi, menjadi balita, anak-anak, remaja, dewasa, kemudian lanjut usia.

Pubertas adalah masa yang akan dialami oleh anak-anak sebagai tanda bahwa mereka telah memasuki masa remaja. Masa-masa ini ditandai dengan perubahan fisik, pola pikir, dan pematangan fungsi organ reproduksi.


Perubahan Fisik yang Dialami Remaja di Masa Pubertas


Menurut WHO, masa pubertas umumnya terjadi di usia 10 - 19 tahun. Masa pubertas itu ditandai dengan perubahan fisik, seperti:

Pada remaja laki-laki, pubertas ditandai dengan massa otot yang bertambah, suara yang menjadi lebih berat, dada yang membidang, tumbuhnya jerawat, jakun dan kumis, juga produksi keringat yang semakin banyak.

Pada remaja perempuan, pubertas ditandai dengan pinggul yang semakin besar, suara yang menjadi lebih nyaring, jerawat yang mulai bermunculan, dan produksi keringat yang semakin banyak. 


perubahan fisik pada remaja di masa pubertas


Perilaku dan Sifat Remaja di Masa Pubertas


Di masa puber, remaja cenderung mengalami emosi yang berubah-ubah. Sebenarnya perubahan emosi merupakan hal yang wajar, tetapi harus disikapi dengan bijak. Nah, di pelajaran IPA kelas 6 SD ini, anak-anak juga dibekali tentang apa saja yang harus dilakukan sebagai remaja di masa pubertas. Seperti ini;

1. Membicarakan masalah yang dihadapi dengan orang tua atau orang-orang yang dianggap bijak dan lebih berpengalaman.
2. Memilih teman-teman yang dapat saling mendukung dalam hal positif. Keberadaan teman yang baik, akan membantu remaja untuk menghadapi emosi yang berubah-ubah.
3. Menggunakan gawai dan aplikasi jejaring sosial dengan bijak.
4. Memiliki hobi untuk mengembangkan keahlian, seperti di bidang olahraga, kesenian, karya tulis, atau kegiatan sosial.
5. Menonton tayangan baik di televisi maupun di internet yang sesuai dengan usia.
6. Mendengarkan dan mematuhi nasihat-nasihat orang tua.
7. Membentengi diri dengan agama.

Sebagai orang tua, kita juga mesti mengingatkan anak-anak kita ketujuh pesan di atas. 

Cara Menjaga Kesehatan Remaja di Masa Pubertas


Perubahan fisik yang dialami oleh remaja, tentu dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Misalnya, munculnya jerawat, sedikit banyak akan berpengaruh juga pada kepercayaan diri. Produksi keringat yang mulai banyak pun harus diantisipasi. Untuk itu, para remaja harus peduli dengan tubuhnya, supaya tubuh tetap sehat dan penampilan pun terjaga.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh para remaja untuk menjaga kesehatan dan penampilan, seperti;

1. Tidur yang cukup, hindari begadang.
2. Mengonsumsi makanan yang bergizi. Meskipun junk food itu enak dan mudah didapat, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan, dapat mengganggu kesehatan.
3. Rutin berolahraga. Kalau perlu, ajak keluarga untuk berolahraga bersama.
4. Jaga berat badan, ya... Kelebihan berat badan dapat memicu berbagai penyakit.
5. Mandilah secara teratur. Rajinlah mencuci muka, supaya wajah kita terhindar dari munculnya jerawat. 
6. Cuci tangan tidak hanya pada saat mau makan dan selesai makan, tetapi juga sebelum dan sesudah menggunakan toilet.
7. Kenakan pakaian yang sopan, bersih dan menyerap keringat.
8. Setelah bepergian, gantilah pakaian dengan pakaian yang bersih
9. Jaga pergaulan dengan lawan jenis. Ini penting, ya, anak-anak!
10. Jangan merokok apalagi mencicipi narkoba. 

Peran Orang Tua dalam Menghadapi Masa Pubertas


Kita harus bersyukur bahwa di zaman sekarang anak-anak bisa mendapat materi tentang pubertas dari pelajaran-pelajaran di sekolah. Zaman kita dulu sepertinya belum ada, ya... Kalaupun ada, tidak sedetail sekarang. Jadi seharusnya tugas kita lebih mudah. Namun, jangan sampai kemudahan ini membuat kita terlena. Peran orang tua masih sangat diperlukan di masa-masa peralihan ini. Kadang-kadang, karena merasa anak sudah cukup besar, kita jadi lalai untuk memenuhi kebutuhan mereka, termasuk kebutuhan untk mencurahkan isi hati. 

Saat anak memasuki masa pubertas, orang tua juga harus siap untuk;
1. Memberikan pengetahuan terkait organ reproduksi
2. Memahami ketidakstabilan emosi anak, sekaligus berusaha mengontrol emosi diri sendiri saat mendidik atau menasehati anak
3. Mengawasi pergaulan anak
4. Memberikan pengetahuan tentang kebersihan diri dan lingkungan
5. Memberikan makanan yang bergizi
6. Membekali anak-anak dengan ilmu agama

Ayah - Bunda, Mama - Papa, pertumbuhan dan perkembangan anak-anak sangat tergantung pada kondisi keluarga. Anak-anak tidak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa peran orang tua yang baik pula. Untuk itu, mari kita "hadir" di sisi anak, untuk membantu mereka dalam menemukan jati diri, dan untuk menjaga mereka agar tidak kehilangan arah. Semoga kita semua bisa menjadi orang tua yang amanah, yang mampu mendidik anak-anak menjadi anak yang sholih dan sholihah. Aamiin aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin.




Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Tirakat Orang Tua untuk Anak

Thursday, May 4, 2023

"Eh, ada hukumnya nggak kalau pas anak-anak ujian, kitanya (ibunya) puasa? Kayak ayam kalau bertelur dan angkrem (mengerami telurnya), mereka kan puasa..."

Tiba-tiba, di grup WhatsApp yang beranggotakan 3 orang, yakni Mama Kepiting, Mbak Rani R Tyas, dan Mbak Widut, seseorang bertanya. Jam 7:54 pagi, 9 menit jedanya sejak kami ngobrol tentang skincare. Se-random itu memang. Ngga ada bridging, semua spontan. 

Dan ya, kalau teman-teman sudah mengenal kami, mungkin bisa menebak kalau pertanyaan di atas dilempar oleh Mbak Rani, blogger yang random dan kadang absurd. Wkwkwk... Mungkin karena saat ini sedang musim ujian untuk anak-anak kelas 6 SD, dia jadi terpikir soal itu. Tentang menirakati anak. 

Tirakat dalam Islam


Makna Tirakat


Tirakat itu apa sih? Menurut KBBI, tirakat artinya menahan hawa nafsu (seperti berpuasa atau berpantang). Menurut bahasa, tirakat diserap dari kata thariqah, tarekat, yang secara lebih luas diartikan sebagai tata cara atau jalan atau laku spiritual, yang dilakukan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. 

Tujuan Tirakat


Kenapa orang mau bersusah-susah menahan nafsu dan berpantang terhadap sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan atau kesenangannya? Tentu karena orang tersebut punya tujuan atau keinginan. Dan bertirakat adalah salah satu "seni merayu Allah SWT", sebagai dzat Yang Maha Kuasa atas segalanya. Dengan tirakat, kita berharap agar semua hajat dikabulkan oleh Allah SWT. 

Orang tua yang bertirakat untuk anak-anaknya, tentu ingin anak-anaknya dikelilingi dengan kebaikan-kebaikan. Bisa tumbuh menjadi anak yang sholih, sehat, senantiasa dilindungi dalam setiap langkahnya, dimudahkan dalam memahami ilmu yang sedang dipelajari, serta diberikan kesuksesan dan menjadi anak yang membanggakan orang tuanya.

Contoh Tirakat yang Bisa Dilakukan Orang Tua untuk Anaknya


Mengutip dream.co.id, Habib Luthfi bin Yahya sangat menganjurkan orang tua, terutama ibu, untuk melakukan tirakat bagi kehidupan anak-anaknya, jika ingin anaknya menjadi anak yang sholih / sholihah, berkah hidupnya dan sukses di masa depan. Tirakat orang tua untuk anak juga dianjurkan oleh ulama-ulama lainnya. 

Ada beberapa hal yang bisa ibu lakukan untuk menirakati anak-anak, misalnya:

1. Bersedekah atas nama anak 

Salah satu tirakat yang dilakukan oleh Hj. Nawal Yasin (istri dari Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen), adalah bersedekah dengan diniatkan untuk anak-anak.

2. Membaca Al-fatihah

Selain dengan bersedekah yang diniatkan untuk anak-anak, Hj. Nawal Yasin juga membaca Al-fatihah setiap hari sebanyak 41 kali.


3. Puasa di hari lahir anak

Mungkin ibu-ibu kita dulu melakukannya juga, puasa di hari lahir kita, anaknya. Ada juga ibu yang rajin membuat "among-amongan", sebuah tradisi memperingati hari lahir (weton), dengan mengadakan doa bersama dan berbagi makanan meski sederhana. Perlu digarisbawahi, berbagi makanan sama artinya dengan sedekah. Sedekah, juga merupakan salah satu cara tirakat yang bisa dilakukan kita, para orang tua, untuk anak-anak. 

4. Mencuci beras sambil membaca shalawat

Ada beberapa versi amalan atau adab saat mencuci beras yang pernah saya baca. Salah satu yang bisa kita terapkan adalah senantiasa melantunkan shalawat, sembari tangan kita memutar / mencuci beras berlawanan arah jarum jam. 

Saya juga pernah membaca satu kisah dari ibunda Gus Dur. Konon, ibunda Gus Dur punya ritual khusus menyolawati butir demi butir beras yang akan dimasak untuk Gus Dur. Beliau juga tidak memperbolehkan seorang pun menyentuh beras yang sudah disholawati khusus untuk Gus Dur itu.

Dari beberapa contoh tirakat yang sudah Mama Kepiting tuliskan di atas, bisa kita simpulkan bahwa setiap ibu memiliki caranya sendiri tentang bagaimana mengusahakan yang terbaik untuk anak-anaknya. Benang merahnya adalah bahwa setiap yang dilakukan, diiringi dengan permohonan pada Allah SWT, karena Dialah satu-satunya tempat untuk menggantungkan semua harapan dan cita-cita.


Contoh Tirakat Orang Tua untuk Anak



Oiya, saya jadi teringat dengan momen awal Maret lalu, saat Mas Amay mengikuti ujian masuk MTs N 1 Surakarta. Sepulangnya dari mengantar Mas Amay ujian, suami cerita, "Amay kelihatan grogi banget tadi. Papa suruh minum dulu, tapi anaknya ngga mau." (ujian masuk MTsN 1 Surakarta dilakukan selama beberapa jam, karena yang diujikan selain pelajaran MTK, BI, dan IPA, juga ada BTA / Baca Tulis Al-Qur'an. Jadi, setelah mengantar ke MTsN 1, suami kembali pulang)

Mendengar itu, sebagai ibu, saya langsung pengen nangis. Saya pun segera mengambil wudhu dan melakukan shalat dhuha, delapan rakaat (biasanya saya cuma sholat 2-4 rakaat saja). Setiap selesai salam, saya berdoa dengan sungguh-sungguh, memohon kemudahan untuk Mas Amay.

Selesai shalat, saya menelepon bapak. Saya ceritakan semuanya, termasuk seluruh kecamuk di kepala dan hati. Saya ingat, bapak bilang, "Pancen sing dibutuhake Amay kuwi donga ibune. Insya Allah yen ibune donga kanthi temen, Amay diparingi kemudahan, kelancaran." (Memang yang dibutuhkan Amay saat ini adalah doa ibunya. Insya Allah kalau ibunya berdoa dengan sungguh-sungguh, Amay akan diberi kemudahan dan kelancaran)

Dan alhamdulillah tsumma alhamdulillah, Amay diterima di sekolah impiannya.


Nah, Ma, kalau Mama sering mendengar bahwa doa ibu adalah doa yang mampu menembus langit, maka mari kita gunakan keistimewaan ini dengan banyak-banyak mendoakan kebaikan bagi anak-anak kita.




Ditulis dengan Cinta, Mama


Sumber Referensi:
- https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/pembiasaan-laku-tirakat-sebagai-solusi-masalah-kehidupan-xsUzT
- https://www.nu.or.id/nasional/amalan-dan-tirakat-untuk-kesuksesan-anak-lE6rB
- https://www.dream.co.id/parenting/habib-luthfi-anjurkan-orangtua-lakukan-tirakat-agar-hidup-anak-penuh-berkah-2105241.html
Read More

Menu Buka Puasa dan Takjil Favorit Anak-Anak

Sunday, March 19, 2023

Assalamu'alaikum.. Marhaban Yaa Syahru Ramadhan. Selamat datang wahai bulan Ramadhan, bulan yang istimewa, penuh dengan keberkahan. Ada banyak sekali keutamaan bulan Ramadhan, sehingga menjadikannya bulan yang paling ditunggu-tunggu umat muslim sedunia. Di bulan ini, Al-Qur'an diturunkan. Di bulan ini pula, kita diperintahkan untuk berpuasa satu bulan lamanya. Dan yang membuat banyak orang berlomba-lomba melakukan kebaikan adalah karena seluruh ibadah yang dikerjakan di bulan ini, akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dibanding hari-hari lainnya. Masya Allah.

Nah, bicara soal puasa, adakah yang sedang melatih anak-anaknya untuk berpuasa? Melatih anak-anak untuk berpuasa memang tidak mudah ya, Ma.. Namun, yang harus kita ajarkan adalah bahwa puasa artinya menahan. Menahan dari segala hal yang bisa membatalkan puasa (makan, minum), mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Kita juga mesti sampaikan pada anak-anak bahwa salah satu tujuan dari berpuasa ini, kita diajak untuk merasakan bagaimana kaum fakir miskin menahan rasa lapar sehari-hari. Untuk itu, penting bagi kita untuk mencukupkan apa yang kita persiapkan saat berbuka dan sahur. 

Namun, sebagai ibu, Mama Kepiting paham kok bahwa kita juga tak ingin anak-anak kekurangan gizi. Maka, mari kita penuhi gizi anak-anak saat puasa, tanpa harus berlebihan menyiapkan segalanya. Mama Kepiting sih masak seperti biasa saja, tetapi Mama persilakan anak-anak untuk request menu yang diinginkan di hari itu. Yang tidak boleh di-skip adalah konsumsi buah saat buka dan sahur. 

Lalu, apa saja menu buka puasa dan takjil favorit anak-anak?

Menu Buka Puasa dan Sahur Favorit Anak-Anak

1. Egg Chicken Roll ala Hokben


stok lauk untuk sahur


Ini menu yang sudah di-request oleh Mas Amay dan Dek Aga. Mama berencana membuatnya H-1 sebelum ramadhan. Egg Chicken Roll ala Hokben ini bisa jadi stok lauk saat berpuasa, Ma.. Tentunya bisa memudahkan kita, para ibu, terutama saat menyiapkan sahur. Saat disajikan, kita tinggal tambahkan salad (wortel + kubis / kol), atau daun selada.

Cara membuat Egg Chicken Roll ala Hokben bisa dibaca di sini: Egg Chicken Roll, Menu a la Hokben untuk Bekal Sekolah

2. Chicken Katsu


Menu Buka Puasa dan Takjil Favorit anak-anak


Sama seperti Egg Chicken Roll, Chicken Katsu juga bisa jadi stok menu untuk berbuka dan sahur, Ma... Mama Kepiting suka nih, menu-menu praktis tapi enak dan bergizi seperti ini. 😁

3. Misoa Telur 


ide lauk untuk buka puasa dan sahur


Ini sebenarnya modifikasi dari pizza mie alias omelet mie instan, makanan favorit saya waktu kecil dulu. Makan pizza mie seperti itu, dulu adalah sesuatu yang mewah sekali bagi saya. 

Nah, sekarang, mie instannya saya ganti dengan misoa. Saya juga menambahkan udang cincang, wortel parut dan sedikit irisan daun bawang supaya komplit gizinya. Untuk perekatnya, selain menggunakan telur, saya juga menambahkan 2-3 sdm tepung maizena. Bumbunya, cukup pakai bawang puting parut, lada bubuk, garam, dan sedikit penyedap rasa. Praktis, lezat, dan bergizi tentunya. 😊

 

Takjil Favorit Anak-Anak


1. Es Lumut


ide takjil yang disukai anak-anak


Es lumut ini sebenarnya baru buat kami, tetapi anak-anak sering minta dibuatkan. Jadi, sepertinya di ramadhan nanti, saya akan sering membuatnya juga. 😊


2. Olahan Pisang Kepok



takjil yang disukai anak-anak


Sebenarnya, anak-anak menyukai hampir semua olahan pisang, kecuali kolak. Lucu ya, saat yang lain senang membuat kolak pisang untuk berbuka, kami malah hampir ngga pernah, karena anak-anak tidak terlalu menyukainya. Tapi, hampir setiap hari kami membeli pisang kepok, entah itu sekadar digoreng dengan tepung, dikukus, dibuat pisang geprek tabur meises cokelat, atau setup pisang kepok. 

3. Pie Susu Teflon


takjil favorit anak-anak


Pertama kali saya membuat pie susu teflon adalah saat awal-awal pandemi di 2020 lalu. Ya, saat pandemi memang banyak sekali content creator yang membagikan resep-resep untuk dicoba di rumah. Salah satunya, pie susu teflon ini. Terima kasih untuk Yackikuka yang sudah share resepnya di Instagram. Sungguh, ini sangat membantu emak-emak yang ngga terlalu jago masak seperti saya. Hihi... Resepnya mudah, anaknya juga sangat suka. Alhamdulillah.. 

Nah itu dia beberapa menu buka puasa, sahur, dan takjil favorit anak-anak. Kalau Mama butuh inspirasi menu untuk buka puasa dan sahur, bisa baca di sini, Ma: Ide Menu untuk Buka Puasa dan Sahur. Anyway, adakah yang pengeluaran untuk makan saat bulan puasa malah lebih banyak dari bulan-bulan lainnya? Kalau ada, mari kita tantang diri sendiri, atur ulang menu agar pengeluaran di bulan puasa bisa lebih hemat dari bulan lainnya. Bismillah, bisa ya, Ma... 😊




Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Jenis Olahraga yang Bisa Menguatkan Bonding antara Orang Tua dan Anak

Sunday, March 12, 2023


Saat pandemi COVID-19 menghantam dunia, orang-orang yang sebelumnya lebih sering berkegiatan di luar rumah, dipaksa beraktivitas di dalam rumah saja. Positifnya, waktu bersama keluarga yang selama ini terabaikan, terbayar dengan keharusan #StayHome ini. Namun, di awal tahun ajaran baru kemarin ketika sudah banyak sekolah yang menerapkan sistem pembelajaran tatap muka, hampir semua rutinitas kembali ke awal. Orang-orang mulai sibuk bekerja di kantor dari pagi hingga petang, anak-anak pun mulai sekolah dari pagi sampai sore. Sehingga, waktu untuk berkumpul bersama keluarga kembali berkurang.

Ada beberapa kegiatan yang bisa orang tua lakukan untuk meningkatkan bonding dengan anak-anak, misalnya; jalan-jalan di akhir pekan, bersih-bersih rumah, memasak bersama, sarapan dan makan malam bersama, menonton film di rumah, atau olahraga bersama. 


Mengenai olahraga bersama, manfaatnya tidak hanya bisa menguatkan ikatan antara orang tua dengan anak, tetapi juga dapat mengajarkan kedisiplinan, ketekunan, juga melatih kekuatan fisik dan mental. Tak hanya itu, anak-anak dan orang dewasa yang aktif secara fisik di siang hari, dapat tidur secara lebih nyenyak di malam hari. Tidur yang nyenyak tentu berpengaruh pada kesehatan dan produktivitas kita sehari-hari bukan?

Apakah Mama Kepiting sering berolahraga bersama anak-anak? Tentu saja dong... Olahraga apa saja yang Mama Kepiting lakukan bersama dengan anak-anak?

1. Berenang


Di libur kenaikan kelas yang lalu, anak-anak meminta untuk les berenang. Ya sudah, karena Mama Kepiting pun belum bisa berenang, akhirnya Mama Kepiting ikut les berenang juga. Hihi... Alhamdulillah, meski baru bisa gaya katak, tetapi Mama senang akhirnya bisa berenang. Nah, beberapa kali saat weekend, kami berenang bersama di kolam renang dekat rumah. Mas Amay yang memang sudah lebih lincah dan sudah menguasai beberapa gaya, menjadi penjaganya Mama. 


Les berenang Solo
Suasana saat les berenang bersama coach dari Ammar Swim

2. Bersepeda


Olahraga berikutnya adalah bersepeda. Paling enak, bersepeda dilakukan di pagi hari, saat matahari terasa hangat. Biasanya, kami bersepeda di jalan-jalan desa yang sepi. Bonusnya, kami bisa menikmati udara yang bersih, juga pemandangan alam yang indah. 


Bersepeda di pagi hari


3. Hiking


Hiking adalah olahraga berjalan kaki di alam bebas seperti ke gunung atau ke air terjun. Manfaat melakukan hiking adalah untuk melatih otot paha dan kaki. Selain itu, hiking di alam bebas, bermanfaat pula untuk menjernihkan pikiran. Melihat manfaatnya, tentu ini adalah kegiatan yang sangat seru jika dilakukan bersama keluarga. 


Olahraga bersama keluarga


Foto di atas diambil saat kami berjalan-jalan ke Grojogan Sewu, Tawangmangu. Saat menapaki jalan setapak menuju air terjun, Mas Amay berkata, "Kalau paru-paru kita bisa ngomong, mungkin dia mau bilang hari ini aku bahagia karena udara yang aku hirup bersih banget, ngga kayak hari-hari biasa." 

Hihi, anak itu memang suka ada-ada aja imajinasinya. 😂


4. Senam


Ini sih bisa dilakukan di rumah, ya... Biasanya, saat malas kemana-mana, kami olahraga di rumah saja. Tinggal nyalakan YouTube melalui layar televisi, lalu pilih senam yang kita ingini. Nah, kemarin-kemarin, saat menjelang Ujian Praktik kelas 6, kami melakukan Senam PGRI sekalian mendampingi Mas Amay menghafal gerakannya. 


5. Yoga


Olahraga yang bisa dilakukan bersama anak-anak berikutnya adalah yoga. Ada banyak gerakan yang bisa dilakukan berdua dengan anak-anak. Seperti ini misalnya;


Olahraga untuk menguatkan bonding antara orang tua dan anak
yoga with kiddos


Selain berguna untuk melatih keseimbangan, gerakan ini juga bisa menguatkan otot kaki kita, Ma... Anak-anak juga pasti happy banget ketika diajak "terbang", hihi... 

Gerakan yoga for kids lainnya, misalnya seperti ini:


Yoga for kids


Seru kan? 


Oke, Ma, itulah beberapa contoh olahraga yang bisa dilakukan untuk menguatkan bonding antara orang tua dan anak. Kalau Mama suka olahraga apa nih sama anak-anak? Yuk, Ma, kapan-kapan kita jadwalkan olahraga bareng dengan anak-anak! Ketika ada kesempatan tiba, manfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya, Ma... Karena keterikatan antara orang tua dan anak adalah salah satu sumber kebahagiaan juga. 😊




Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Serba-Serbi Mencari Sekolah untuk Si Sulung

Saturday, March 4, 2023


Anak sulung kami sudah kelas 6 SD saat ini. Jadi, kami harus mulai bergerilya mencari SMP untuknya. Kenapa kok ngga ke sekolah negeri saja? Alasannya karena KK kami masih KK Purworejo, sedangkan saat ini kami tinggal di Karanganyar (Solo). Dengan sistem zonasi seperti saat ini, akan sulit untuk anak kami bisa bersekolah di sekolah negeri. Sehingga, mau tidak mau, kami harus mencari alternatif lain, yakni sekolah swasta.

Sebenarnya, sejak tahun lalu kami sudah punya pilihan sekolah swasta untuknya. Ada satu sekolah yang sesuai dengan visi misi kami. Namun sayang, belakangan baru kami tahu, sekolah itu belum terakreditasi karena masih terbilang baru. Dilema deh. Di satu sisi, kami sudah cocok. Biayanya juga masih terjangkau di kantong kami. Di sisi lain, akreditasi sekolah akan menentukan perjalanan mencari SMA nanti. 

Saya bimbang. Ingin ke sekolah swasta lain, berat di biaya. Di Solo ada SMP Muhammadiyah PK (Program Khusus) yang menduduki peringkat pertama SMP di Surakarta. Namun, uang masuknya di atas 15 juta. SPP-nya pun 1,5 juta tiap bulannya. Buat kami, ini berat. SMPIT Nur Hidayah yang juga berkualitas pun tidak jauh berbeda biayanya. Subhanallah.

Lalu, setelah cari tahu ke sana kemari, kami mendapatkan informasi kalau MTs Negeri 1 Surakarta tidak menerapkan sistem zonasi. MTs Negeri 1 ini juga terbilang bagus, karena masuk 10 besar SMP terbaik di Solo. Nah, di sini, kelasnya terbagi menjadi 3; kelas reguler, kelas sains, dan kelas tahfidz.

1. Kelas Reguler
Seperti sekolah negeri lainnya, pendaftarannya sekitar bulan Juni / setelah anak-anak lulus.

2. Kelas Sains
Ini pun terbagi menjadi 2, yakni kelas sains asrama dan kelas sains non asrama. Kelas sains asrama hanya dibuka 1 kelas, dengan jumlah siswa yang dibutuhkan adalah 24 siswa. Sementara itu, kelas sains non asrama dibuka sebanyak 5 kelas dan masing-masing kelas terdiri dari 28 siswa.

3. Kelas Tahfidz
Untuk kelas tahfidz, dibuka hanya 1 kelas dan harus stay di asrama. Mungkin supaya anak-anak lebih fokus dalam menghafal, ya.. Apalagi jika berada di lingkungan hafidz, pastinya akan lebih mudah. Oya, jumlah kuota siswa yang dibutuhkan di kelas tahfidz juga 24 siswa.
 
Nah, Mas Amay kami daftarkan di kelas sains non asrama karena lokasi sekolahnya juga tidak jauh dari rumah. Mungkin sekitar 15-20 menit naik motor. Maka, pada 10 Februari 2023, saya dan Mama Keefe menuju MTs Negeri 1 Surakarta untuk mendaftarkan putra kami. Alhamdulillah, pendaftaran bisa dilakukan tanpa harus dihadiri anak-anak, mengingat saat itu juga masih hari sekolah.


PPDB MTsN 1 Surakarta


Setelah mendaftar di sekolah ini, setiap hari kami memantau instagram MTsN 1 Surakarta. Di hari terakhir, ternyata jumlah pendaftar mencapai lebih dari 500 siswa. Masya Allah. Selanjutnya, akan diadakan ujian masuk pada hari Ahad, 5 Maret 2023. Materi yang diujikan antara lain Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, dan Baca Tulis Al-Qur'an.

Dengan jumlah pendaftar sebanyak itu, kami hanya bisa berdoa agar Mas Amay menjadi salah satu dari 140 siswa yang akan diterima di sekolah tersebut. Aamiin aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin. Mohon do'anya juga dari Om dan Tante yang membaca tulisan ini, yaa... 😊

Update per tanggal 8 Maret 2023; Alhamdulillah, Mas Amay diterima belajar di MTs Negeri 1 Surakarta, kelas Sains Non Asrama. Mohon doanya selalu agar kelak Mas Amay senantiasa diberi kemudahan dan kelancaran dalam menempuh pendidikan, dan semoga kelak ilmunya bisa bermanfaat untuk banyak orang. Aamiin... 





Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Materi Basa Jawa Kelas 2 SD: Pandhawa

Sunday, February 26, 2023


Basa Jawa iku salah siji piwulangan sing angel. Sapa sing setuju? Hehe... Senadyan aku iki wong Jawa tulen, nanging babagan Basa Jawa, isih akeh sing durung dakpahami. Nanging, sawise duwe anak, gelem ora gelem aku kudu melu sinau. Kayata ing kelas 2 iki, anakku sing cilik kudu ngerti sapa wae kang kalebu Punakawan, lan kepiye silsilahe Pandhawa.

Basa Jawa pancen angel. Mula aku ora maido yen jaman saiki wong tuwa luwih seneng nganggo Basa Indonesia nalika omong-omongan karo anake, amarga Basa Indonesia kuwi luwih gampang. Nanging, pancen luwih becik yen awake dhewe bisa nguri-uri kabudayan. Ya muga-muga, tulisan iki bisa dadi conto lan bisa migunani. 

Oya, sadurunge nulis babagan Punakawan lan Pandhawa, aku arep crita. Iki crita lucu nalika sekolah online ing mangsa pandemi wingi. Anakku sing nomer loro, ora ngerti carane maca menthog. Nalika Bu Guru dhawuh maca "menthog-menthog tak kandhani...", dheweke maca menthog dadi "ment - hog". Mula, anakku digeguyu marang bapake, sing maraake dheweke nangis wektu kuwi.

Alhamdulillah, saiki sekolahe wis normal maneh. Anakku uga dadi luwih terampil ngomong nganggo Basa Jawa, amarga ing sekolah, kanca-kancane sedina-dina uga nganggo Basa Jawa.

Nah, saiki, ayo sinau bareng babagan Pandhawa!


Silsilahe Pandhawa


Prabu Pandhudewanata iku raja ing Astinapura. Garwane ana loro, yaiku Dewi Kunthi lan Dewi Madrim. Dewi Kunthi putrane ana telu, yaiku Puntadewa, Werkudara, lan Arjuna. Dene Dewi Madrim, putrane ana loro, kembar, yaiku Nakula lan Sadewa.

Watake Pandhawa:

1. Puntadewa 

Jenenge liya: Yudhistira
Pusakane: Jimat Kalimasada
Watake: Sabar, jujur, ora seneng perang
Ratu ing: Ngamarta

2. Werkudara

Jenenge liya: Bima
Pusakane: Gada Rujak Polo
Watake: Ora sabar, seneng perang
Satriya ing: Jodhipati

3. Arjuna

Jenenge liya: Janaka
Pusakane: Panah Pasopati
Watake: Rupane bagus, omongane alus
Satriya ing: Madukara

4. Nakula

Jenenge liya: Pinten
Satriya ing: Bumiretawu
Keprigelane: Nambani

5. Sadewa

Jenenge liya: Tansen
Satriya ing: Sawojajar
Kaprigelane: Ngopeni jaran

Punakawan


Punakawan iku abdine Raden Arjuna. Punakawan ana papat, yaiku: Semar, Gareng, Petruk, lan Bagong.


Punakawan iku sapa wae?


1. Semar

Semar iku sejatine dewa sing malih rupa dadi manungsa. Semar iku dewa sing momong wong becik. Semar duwe anak 3: Gareng, Petruk, lan Bagong.

2. Gareng

Gareng kuwi anake Semar sing nomer 1. Mripate kera, tangane ceko. Sikile gejik, yen mlaku pincang.

3. Petruk

Petruk iku anake Semar sing nomer 2. Pawakane kuru lan dhuwur. Irunge dawa.

4. Bagong

Bagong iku anake Semar sing nomer 3. Pawakane lemu, wetenge gedhe. Irune pesek, dedege cendhek. 


Pandhawa duweni musuh, yaiku Kurawa. Kurawa pancen watake ala. Kurawa seneng gawe cilakane Pandhawa, nanging Pandhawa tansah sabar ngadhepi. Tembene Pandhawa sing slamet lan urip mulya.

Nah, iku mau bab Pandhawa. Kepiye silsilahe lan kepiye watake Pandhawa kuwi. Sugeng sinau sedaya!


Kamus:
senadyan: meskipun
gumun: kagum
maido: hran
amarga: karena
tembene: pada akhirnya


Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Untungnya Aku Tidak Memilih Childfree

Thursday, February 16, 2023


Untungnya aku tidak memilih childfree. Untungnya di masa mudaku dulu, dengungan childfree belum sekencang sekarang ini. Bahkan aku tau istilah childfree juga belum lama, tepatnya setelah menyimak keviralan pemikiran Mbak Gita Savitri. 

Untungnya aku tidak memilih childfree. Di pikiranku, baik dulu maupun saat ini, ketika seorang perempuan memutuskan untuk menikah, artinya dia sudah siap memiliki anak. Baru deh, mau berapa jumlah anaknya, tergantung kesanggupan ia dan pasangannya. Aku bisa berpikir begitu karena setahuku, di agamaku, tujuan dari pernikahan selain untuk menyempurnakan separuh agama, juga untuk melanjutkan keturunan. 

Tujuan pernikahan untuk melanjutkan keturunan


Bahkan Rasulullah SAW menganjurkan pernikahan dan memperbanyak keturunan. Apa tujuannya? Karena beliau ingin membanggakan umatnya di hadapan Nabi-Nabi lainnya di hari kiamat nanti. 

Hadits tentang anjuran pernikahan?


Maka ketika istilah childfree mulai naik, aku berusaha keras memahami itu sebagai hak individu, tapi masih agak kesulitan menerimanya sebagai sebuah keputusan yang tepat. Mohon maaf ya, ngga apa-apa kok kalau kalian menyebutku kolot atau ndeso

Aku bersyukur aku telat tahu tentang childfree. Kalau dulu aku sudah tahu tentang childfree dan memutuskan untuk menganutnya, mungkin aku tak akan tahu rasanya jatuh cinta pada sosok yang belum pernah kujumpai sebelumnya. Dan karena aku tidak memilih childfree, aku jadi paham kenapa doa untuk kedua orang tua berbunyi "Ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku, dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu kecil."

Mbak Gita memang benar, punya anak memang bisa bikin stres. Stres kalau anaknya sakit, stres kalau anaknya nggak mau makan, stres kalau tumbuh kembang anak terhambat, stres mikirin biaya sekolah, stres saat mendampingi mereka belajar di rumah, dan stres-stres lainnya.

Punya anak juga bisa bikin repot. Mau keluar rumah, mesti bawa aneka printilan seperti popok sekali pakai, baju ganti, tisu basah dan kering, mainan-mainan, cemilan-cemilan, dll. Bahkan, ibu-ibu bekerja yang masih menyusui itu, bekalnya bertambah dengan pompa asi dan wadah asi perahnya. 

Punya anak juga bikin sakit. Aku masih ingat perihnya luka operasi caesar pasca melahirkan si sulung. Aku juga masih ingat mulasnya kontraksi ketika melahirkan si bungsu, yang saat itu, saking sakitnya, meski jalan lahirku digunting tanpa dibiuspun, rasanya jadi biasa saja. Oya, aku juga tahu bagaimana perihnya puting lecet saat menyusui. Aku tahu bagaimana remuknya badan ibu akibat begadang saat si kecil sakit. Aku juga tahu, gimana sakit hatinya seorang ibu, saat anaknya dibanding-bandingkan dengan anak lain.

Wis to, jadi ibu itu komplit sakitnya.

Tapi, pengalamanku, stres itu akan hilang saat melihat senyum anak-anak terkembang. Kerepotan itu juga perlahan akan berkurang saat mereka semakin besar dan semakin mandiri. Sakit pasca melahirkan itu juga bukan nggak bisa sembuh, ya kan?

Oiya, mau cerita aja sih, anakku sekarang 12 dan 8 tahun. Kadang, aku merindukan masa kecil mereka, yang masih polos saat berbicara, yang meski habis dimarahi tapi tetep nyamperin mamanya kayak nggak ada dendam... Kalau sudah kangen begitu, kadang tanpa sadar air mataku menetes. Betapa waktu cepat sekali berlalu. 😥 Mungkin terlihat lebay, ya... Tapi serius, itulah cinta yang ibu-ibu rasakan. 

Untungnya aku tidak memilih childfree, ya...

Kalau aku childfree, mungkin aku tak akan pernah tahu rasanya dibucinin sampai ke WC aja ditangisi. Kalau aku childfree, aku tak akan pernah tahu bahagianya melihat mata mereka berbinar saat disusui. Kalau aku childfree, aku tak akan pernah tahu bahagianya melihat mereka semakin pintar dari hari ke hari. Kalau aku childfree, aku tak akan pernah tahu bagaimana puasnya hati ketika masakan kita disukai.

Kalau aku childfree, aku tak akan pernah tahu bagaimana dadaku penuh, saat si sulung berkata, "Malam ini dingin, tapi jadi hangat karena ada Mama."

Kalau aku childfree, aku mungkin tak punya pengharapan, siapa yang akan mendoakanku saat aku "pulang" nanti. Iya, mungkin bagi sebagian orang, anak bukanlah investasi. Tapi bagiku, anak sholih adalah tabungan, tempat kita menaruh harapan. Bukan, bukan harta di masa tua yang kuinginkan, tapi doa, di kehidupan di mana aku hanya bisa mengandalkan seluruh amalan.


Hadits tentang 3 amalan yang tidak akan terputus


Jadi sekali lagi, aku bersyukur aku tidak memilih childfree. Memang, ketika punya anak, kerutan di wajah kita akan bertambah. Tapi kita semua pasti tahu, kerutan di wajah itu tidak hanya disebabkan oleh kenyataan memiliki anak. Memang, ketika punya anak, uang yang harusnya bisa buat suntik botox (jujurly, aku bahkan tak pernah merencanakan akan melakukannya), habis buat bayar sekolah mereka. Tapi, kalau aku memilih childfree, mungkin aku tak akan bisa memahami lirik ini; hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia

*PS: Semoga Allah merahmati para ibu di seluruh dunia. Semoga para pejuang garis dua, segera diberi amanah oleh-Nya. Aamiin aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin... 





Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Kenangan Semasa Belajar Daring

Sunday, February 12, 2023


Sudah lebih dari satu semester anak-anak kembali belajar tatap muka di sekolah. Ada perasaan lega, bahagia, sekaligus haru karena alhamdulillah, beratnya masa-masa pandemi berhasil kita lalui bersama. Jika menarik kembali kenangan tiga tahun silam, di minggu-minggu awal pandemi saya masih bisa santai. Bahkan, belajar di rumah di awal-awal Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sangat saya nikmati. Namun, ketika bulan berganti, saya nyaris depresi menghadapi semua ini.

Saya tidak berlebihan. Gejala depresi benar-benar saya rasakan. Rambut rontok tak berbilang, saya sering menangis secara tiba-tiba, dan yang paling terlihat adalah kacaunya siklus bulanan. Di awal pandemi itu, saya tidak haid selama 3 bulan, hingga mengira akan ada anak ketiga. Namun, meski sudah mengecek melalui alat tes kehamilan (ada beberapa merek yang saya coba), tanda-tanda kehamilan tidak muncul juga. 

Alhamdulillah, setelah berusaha menerima apa yang terjadi, kondisi saya mulai membaik. Hal-hal yang menjadi sumber ketakutan saya selama ini, satu per satu menjadi lebih mudah saya jalani. Saya pun kembali siap menjadi "madrosatul uula" bagi kedua anak saya, meski manusiawi lah ya, jika ada saat-saat saya merasa sangat penat. 

Ini sekelumit curhatan yang saya tulis di instagram, saat lelah mendampingi anak-anak belajar dari rumah.

susahnya jadi orang tua


Oh iya, pandemi datang saat si bungsu sedang senang-senangnya menjadi anak TK. Di usia ini, bermain dan belajar dari dalam rumah saja tentu sangat membosankan. Di lain sisi, sang kakak baru duduk di bangku kelas 3, yang mana katanya, materi kelas 3 adalah "gerbang" menuju materi-materi sulit nan serius. 

Jika ditanya, sulit nggak sih mendampingi dua anak yang semuanya masih butuh perhatian? Oh, tentu saja! Saya jadi sering marah-marah, meski sedetik kemudian langsung menyesal. 😥


Kesulitan lainnya adalah ketika harus mengumpulkan foto kegiatan anak, mulai dari saat berjemur, berolahraga, beribadah, mengerjakan tugas, hingga membantu orang tua. Mau dibuat senatural mungkin pun sulit, karena saya juga ingin foto-foto kegiatan itu tetap terlihat bagus. Memang yaa, pengen terlihat sempurna tuh bikin tress bangeeettt. 🙈

Nah, inilah beberapa foto yang diproduksi saat School from Home. Sssst, satu adegan kadang memerlukan belasan kali take foto, lho. 😂


Belajar daring


Kenangan saat Belajar Daring

Serba-serbi Belajar Daring
setoran tugas harian Adek Aga

Foto-foto kegiatan sehari-hari saat PJJ
dokumentasi saat anak-anak melakukan ibadah di rumah

Kenangan tentang Pembelajaran Jarak Jauh
foto saat berolahraga

Contoh kegiatan membantu orang tua
foto saat membantu orang tua

Namun, hikmahnya adalah, saya jadi ikut belajar banyak hal, terutama tentang materi-materi agama karena anak-anak saya sekolah di sekolah Muhammadiyah. Untuk saya yang merupakan produk sekolah negeri, materi agama yang saya pelajari dulu tentu sangat terbatas. Tulisan ini contohnya: Bacaan Gharib: Saktah, Tashil, Imalah, Isymam dan Naql, "lahir" saat saya mendampingi si sulung belajar materi Pendidikan Agama Islam tentang Bacaan Gharib.

Omong-omong, ada satu peristiwa lucu di tahun lalu, saat si bungsu sudah jadi anak kelas 1. Kebetulan, saat kecil dulu Adek Aga mengalami keterlambatan bicara, sehingga penguasaan bahasanya sedikit kurang jika dibandingkan anak seusianya. Jangankan belajar bahasa lain, bercerita dengan Bahasa Indonesia saja kadang masih suka muter-muter bicaranya.


Singkat cerita, suatu hari ada pelajaran Basa Jawa. Ya, Basa Jawa menjadi salah satu mata pelajaran mulok alias muatan lokal, karena kami tinggal di Solo, Jawa Tengah. Jujur saja, meski kami tinggal di Solo, tetapi untuk berkomunikasi sehari-sehari kami menggunakan Bahasa Indonesia. Salah satu alasannya karena Pak Suami berasal dari Majalengka, Jawa Barat. 

Nah, saat belajar daring itu, Aga diminta membaca cerita di buku paket Basa Jawa. Karena Basa Jawa menjadi "bahasa asing" baginya, ia pun mengalami kesulitan. Sayangnya, ketika mengalami kesulitan, Aga akan panik. Kalau sudah panik, dia akan kehilangan kendali, hingga bisa menangis atau tantrum. 

Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu, kemampuan berkomunikasinya semakin berkembang. Aga kini sudah pandai menangkap bahasa selain Bahasa Indonesia, yaitu Basa Jawa tentu saja, dan Bahasa Inggris.  



Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Berbagai Kesibukan Menjelang Ujian Praktik Kelas 6

Sunday, February 5, 2023


Dua hari ini, Mama-Mama wali murid di kelas Mas Amay heboh. Menjelang Ujian Praktik yang akan dilaksanakan tanggal 6 Februari esok, tugas yang harus diselesaikan malah menumpuk ngga karuan. Pengen nangiiissss rasanya, tapi kalau cuma ditangisi, kapan tugasnya akan selesai, ya kan?

Ya, punya anak yang saat ini sudah duduk di kelas 6 SD memang harus super tegar dan stay sabar. Bukan hanya karena perubahan sikap mereka di usia yang memasuki masa pra-remaja, tetapi juga karena padatnya materi menjelang ujian demi ujian ini. 


Hari Sabtu, 4 Februari kemarin misalnya. Ada dua tugas yang harus segera diselesaikan, dan yang membuat semakin pening adalah karena tugas-tugas itu harus diselesaikan secara berkelompok. 

Kenapa tugas berkelompok malah bikin pening? Karena kami harus mencari waktu yang longgar bagi semua anggota. Tak hanya longgar bagi anaknya, tetapi juga bagi orang tuanya. Nah, repotnya di sini, karena di akhir pekan biasanya orang tua sudah punya acara sendiri-sendiri.

Nah, ceritanya, kemarin ada dua tugas yang harus dikumpulkan hari Senin besok, yakni Kliping tentang Bid'ah, Khurafat, dan Tahayul untuk pelajaran PAI, juga membuat taplak jumputan dengan kelereng untuk pelajaran SBdP. Ndilalah alias kebetulan, Mas Amay diminta jadi ketua di kelompok taplak jumputan, jadi mau nggak mau sebagai Mamanya, saya harus ikut tanggung jawab.

Dengan kekuatan bulan, Mama Kepiting pun membagi energi, waktu, dan pikiran, agar dua tugas kelompok ini bisa selesai.

Sabtu pagi, berbekal info dari Mama Raafi, saya pergi ke toko alat jahit di depan Polsek Ngemplak untuk meng-kril kain yang akan dibuat taplak. Ya, untuk tugas membuat taplak jumputan ini, anak-anak sudah diberi kain putih polos dari sekolah. Hanya saja, kain tersebut masih perlu dirapikan dan "dikunci" tepiannya agar serat kain tidak mudah lepas. Teknik yang dipakai adalah teknik kril. Jangan tanya apakah sama atau tidak dengan neci, wolsum dan sebagainya, karena saya tidak paham. Dan karena saya bukan orang yang bisa dan suka menjahit, jujur saja, saya baru tahu kalau ada toko alat jahit di situ, walaupun lokasi toko itu relatif dekat dari rumah. Wkwkwk...


Toko alat jahit Asih di sekitar Klodran, Colomadu

Toko Alat Jahit di sekitar Pasar Gagan, Boyolali


Alhamdulillah, saya tidak perlu menunggu lama hingga kain tersebut selesai di-kril. Cuma 2 menit, selesai (Mungkin karena saat itu tidak ada antrean panjang, ya... Karena pengalaman Mama Raafi, kainnya harus ditinggal dan baru bisa diambil sore harinya). Saya pun hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 4.000,00 saja. Masya Allah.

~

Selesai meng-kril kain, PR saya selanjutnya adalah membuat kliping dan mengatur jadwal dengan Mama-Mama. Akhirnya, disepakati untuk pembuatan taplak ini dilakukan di rumah saya, ba'da dzuhur. Untuk kliping, kami membagi tugas untuk mencari berita. Saya membantu membuat layout, Mama Firlan dan Mama Raafi bertugas mencetak dan menjilid. Alhamdulillah, semua selesai tepat waktu.

Oiya, barangkali ada yang penasaran, pembuatan taplak jumputan dengan kelereng itu seperti apa sih? Nah, seperti ini kira-kira langkah pembuatannya;

1. Kain dibentuk persegi
2. Di-kril setiap sisinya
3. Dibuat titik-titik di tempat yang akan dijumput atau ditali
4. Titik tersebut diberi kelereng lalu diikat dengan karet pentil (memakai karet pentil agar tidak mudah putus saat proses pemasakan / pewarnaan nanti)

Kemarin, prosesnya baru sampai nomor 4. Selanjutnya, untuk pemasakan, pewarnaan, pengeringan, akan dilakukan di hari lain. 

Dan inilah dokumentasi saat anak-anak melakukan pengukuran, penentuan titik, dan pengikatan kelereng.


membuat taplak jumputan dengan kelereng


membuat taplak jumputan dengan kelereng


membuat taplak jumputan dengan kelereng


membuat taplak jumputan / tie dye dengan kelereng

membuat taplak jumputan dengan kelereng


Inilah sementara kesibukan anak-anak, dan pastinya orang tua, menjelang Ujian Praktik Kelas 6. Oiya, untuk materi yang diujikan, tentunya masing-masing sekolah memiliki kebijakan sendiri-sendiri. Dulu waktu saya kelas 6 SD, malah ada ujian memasak, padahal selama sekolah di SD tidak pernah sekalipun ada pelajaran memasak. Bagaimana pula bisa ada ujian memasak? Wkwkwk... Tapi itulah keseruannya, yaa... Omong-omong, waktu Om / Tante sekolah dulu, ujian praktiknya ngapain aja selain praktik wudhu, praktik shalat, lari, senam, dll? 


PS: Oiya, Mama Kepiting mohon doa dari Om / Tante pembaca blog ini, doakan agar Mas Amay dapat menjalani ujian kelas 6 ini dengan baik dan lancar, ya... Terima kasiiih... 



Ditulis dengan Cinta, Mama
Read More

Agar Anak Tak Jadi Pembully Seperti di Drama The Glory

Monday, January 23, 2023

 

"Mama, tadi Mas Amay berantem pas habis sholat ashar (di sekolah)." Kata Si Sulung, Senin sore dua pekan lalu, sewaktu kami melaju di atas motor menuju rumah. Amay memang sekolah sampai sore. Ia dan kawan-kawannya pulang sekolah setelah sholat ashar berjamaah.

"Berantem sama siapa?" Tanya saya, seraya menajamkan pendengaran yang dibisingi deru kendaraan yang berkejar-kejaran dengan kami. 

"Sama anak kelas 6.3." Jawabnya.

"Kok berantem? Memangnya ada masalah apa?" Selidik saya.

"Ceritanya, kelas 6.3 itu memang suka dorong-dorongan kalau pas habis sholat. Nah, waktu Mas Amay mimpin kelas 6.1 buat baris (kebetulan Amay di kelas 6.1, dan saat ini ia didapuk menjadi ketua kelas, dan biasanya selesai sholat, anak-anak akan berbaris dari masjid sampai kembali ke kelas), Si X tiba-tiba dorong Mas Amay. Dia bukannya dorong teman sekelasnya sendiri, malah dorong Mas Amay. Ya udah, Mas Amay bales dorong, eh dia mukul Mas Amay. Mas Amay bales pukul lagi, gitu terus sampai ada yang melerai." Jelasnya.

"Oh... Trus kenapa Mas Amay ngga coba tanya dulu kenapa Si X dorong? Barangkali dia ngga sengaja kan?"

"Enggak, Ma... Si X itu sengaja. Dia memang toxic anaknya, jadi Mas Amay itu sulit husnudzon kalau udah dia yang berbuat." Jawab Amay tegas. "Mama marah nggak sama Mas Amay karena Mas Amay udah berantem?" tanyanya kemudian.

"Enggak. Mas Amay berhak membela diri kok." Kata saya.

Akhirnya, keesokan harinya, saya ceritakan ini ke Mama-Mama saat menjemput sekolah. Sejujurnya, saya sendiri tidak tahu Si X ini yang mana dan bagaimana karakter anaknya. Namun, ketika saya menyebut namanya, Mama-Mama di sekolah langsung maklum. 

"Oh, emang dia itu bisa dibilang trouble maker kok, Ma... Adaaa aja keisengannya." Kata salah satu Mama. Bahkan katanya, saat outbond bersama di akhir semester lalu, dia juga sempat membuat masalah.

Dari sini saya jadi bisa semakin memahami, mengapa Amay terlihat sangat emosi kemarin. Ternyata, korban keisengan Si X memang banyak. Tapi, apakah yang dilakukan Si X kepada Amay termasuk kategori bullying? Simak tulisan ini sampai akhir, ya...

Mengapa Seorang Anak Bisa Jadi Pembully?

Tentang bullying, saya kebetulan baru menyelesaikan drama Korea yang berjudul The Glory. Drama ini berkisah tentang pembalasan dendam seorang korban perundungan.

Diperankan oleh aktris Song Hye Kyo, Moon Dong-eun, adalah seorang siswa sekolah menengah yang bermimpi menjadi seorang arsitek. Ia menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh teman-temannya di sekolah. Moon Dong-eun telah berusaha mencari pertolongan, akan tetapi karena para perundungnya memiliki backingan yang kuat, usahanya pun berakhir sia-sia.

Dengan membawa bekas luka di sekujur tubuhnya, ia pun terpaksa putus sekolah dan mengorbankan mimpinya. Ia sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya, tetapi ia urungkan niatnya, dan malah berencana untuk membalas dendam pada mereka yang telah merundungnya.

The Glory, drama tentang bullying di sekolah

Mengutip www.kemenpppa.go.id, bullying (perundungan / penindasan / perisakan) adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau lebih berkuasa terhadap orang lain dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus-menerus.

Jadi, suatu perbuatan bisa disebut sebagai bullying atau perundungan, saat ada unsur-unsur berikut:

  • Memang bermaksud / sengaja melakukan
  • Dilakukan berulang kali (ada pola perilaku)
  • Ada perbedaan posisi kekuasaan (kaya - miskin, kuat - lemah, besar - kecil)

Kembali ke Si X dan Amay. Apakah perbuatan yang dilakukan Si X termasuk kategori bullying? Si X konon dengan sengaja mendorong Amay lebih dulu. Namun, Si X tidak melakukan berulang kali (tidak setiap hari, hanya hari itu saja), dan di sini tidak ada perbedaan posisi. Dia mungkin merasa lebih kuat mentalnya, tapi tanpa dia sangka, Amay ternyata berani melawannya. 

Si X bisa disebut sebagai pembully jika setiap harinya, ia selalu punya sasaran yang sama. Semoga sih tidak, ya... Dan saya berdoa, semoga Si X bisa berhenti "mengisengi" teman-temannya.

Faktor Penyebab Bullying:

Jika diulik lebih dalam, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang menjadi pelaku bullying.

Review drama The Glory

1. Faktor Keluarga

Keluarga memegang peranan penting dalam membentuk karakter dan kepribadian anak. Di drama The Glory, pelaku utama bullying ini memiliki keluarga yang bermasalah.

Park Yeon-jin : Gadis cantik dari keluarga yang kaya raya, tetapi keluarganya berantakan. Orang tuanya bercerai, sang ibu dekat dengan seorang petinggi kepolisian dan sering pergi ke dukun peramal.

Jeon Jae-jun : Pengusaha dan pewaris bisnis keluarga yang kaya raya. Di episode 1, sempat terungkap bahwa saat sekolah dulu, orang tuanya sering mengabaikannya. Ia berkata, "Aku yatim selama seminggu. Orang tuaku ke luar negeri untuk bermain golf."

Nah, kalau dikaitkan dengan tulisan Mama Kepiting dua minggu lalu, di sini bisa disimpulkan bahwa ilmu parenting juga bisa tidak berhasil pada orang kaya, yaa... 😁

Baca: Seberapa Pentingkah Ilmu Parenting untuk Para Orang Tua?

Omong-omong tentang Faktor Keluarga, di tanggal 14 Januari kemarin, sekolah mengadakan ESQ untuk siswa-siswi kelas 6. Orang tua / wali murid kelas 6 juga diminta hadir, karena kegiatan tersebut tak hanya penting untuk para siswa yang sebentar lagi akan menempuh ujian, tetapi juga untuk orang tua yang akan mendampingi anak-anaknya melalui sebuah proses belajar yang mungkin sedikit lebih "rumit" dari ujian biasa. 

Di puncak acara, anak-anak diminta untuk tiduran. Di situlah, anak-anak "dicuci otaknya", hingga kemudian satu per satu mulai menangis. Semakin lama, suara tangisan semakin keras terdengar. Kami, para orang tua pun, tak kuasa membendung air mata.

Kemudian, orang tua diminta untuk menghampiri anaknya masing-masing, memeluk, menguatkan, memaafkan, agar ke depannya langkah-langkah mereka lebih ringan. Ya, sejak acara ini, kami seperti membuka lembaran baru. Meski dipenuhi air mata, tetapi acara ini seperti men-charge jiwa.

Namun, Mama Kepiting sempat sedih. Di barisan anak laki-laki, ada bapak-bapak yang berkata, "Ngono wae nangis, cengeng! (Gitu aja nangis, cengeng!)" 

Saya tidak mengenal bapak itu, tetapi yang jelas bukan dari kelasnya Amay. Sedih ya, kok bisa sebagai orang tua bukan merangkul, tapi malah suka mengecilkan perasaan anak, menganggap bahwa tangisan adalah kelemahan, dan jarang mengekspresikan rasa sayang. Kira-kira, cara seperti itu akan menghasilkan anak yang seperti apa? Anak yang empatinya tidak tumbuh dengan baik? Senang mengusik ketenangan orang lain? Na'udzubillah min dzalik. 

Baca : Kesalahan Parenting yang Dapat Menghancurkan Mental Anak

2. Faktor Sekolah

Sekolah juga bisa menjadi penyebab seseorang tumbuh menjadi pelaku pembully, apabila sekolah tersebut kurang ketat melakukan pengawasan terhadap anak didiknya, lemah terhadap peraturan dan sanksi, atau pejabat sekolah tidak peduli terhadap bullying yang terjadi di sekolah.

Seperti di drama The Glory. Bahkan ketika Moon Dong-eun melaporkan tindakan teman-temannya pada polisi, wali kelasnya malah berbalik memarahinya dan memukulinya. Kata wali kelas, "Dipukul teman adalah hal yang biasa."

Bullying scene di drama The Glory


Hanya satu orang yang peduli pada Moon Dong-eun, yaitu perawat sekolah. Namun, perawat sekolah itupun tidak bisa berbuat apa-apa. 😔

3. Faktor Kelompok Sebaya

Pengaruh pergaulan memang luar biasa, Ma... Di drama The Glory, pelaku bullying ini berjumlah 5 orang, dan 2 orang di antaranya bisa dibilang hanya 'kaki tangan', karena bukan berasal dari keluarga kaya raya.

Makanya, kita memang harus mengajarkan pada anak-anak untuk pandai-pandai memilih teman.

4. Kondisi Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membentuk karakter seseorang, termasuk menjadikannya sebagai pelaku bullying. Ini kalau di-breakdown akan sangat panjang, Ma, karena juga berhubungan dengan kondisi ekonomi, suasana politik, konflik dalam masyarakat, dll. Maka dari itu, tidak berlebihan jika ada ungkapan yang mengatakan "it takes a village to raise a child" karena memang dibutuhkan kekompakan seluruh anggota masyarakat untuk menyediakan lingkungan yang aman dan sehat bagi anak-anak, agar mereka dapat berkembang serta mampu mewujudkan harapan dan cita-citanya.

5. Tayangan Televisi / Media Sosial

Apakah Mama pernah mendengar atau membaca berita seorang anak membanting tubuh temannya karena meniru salah satu tayangan di televisi? Nah, seperti itulah kira-kira hebatnya tayangan televisi dalam mempengaruhi karakter anak-anak kita.

Tantangan kita semakin berat, Ma, karena sekarang semuanya ada dalam genggaman (handphone). Selain harus banyak-banyak berdoa, kita juga mesti membekali anak-anak dengan pengetahuan agama dan teladan yang baik, agar mereka dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua Agar Anak Tak Jadi Pelaku Bullying?


agar anak tak jadi tukang bully

 
Kenapa faktor utama penyebab seseorang menjadi pembully adalah keluarga? Karena jika kondisi keluarganya baik, insya Allah, faktor-faktor lainnya seperti faktor sekolah, teman sebaya, lingkungan sosial, dan pengaruh tayangan televisi / media sosial, bisa dicegah atau diatasi. Jadi, sebagai orang tua, kita perlu melakukan beberapa hal di bawah ini agar anak-anak kita tidak menjadi tukang bully;

1. Sering-sering mengobrol dengan anak. Saat mengobrol ini, kita bisa memasukkan nilai-nilai yang baik dalam kehidupan, baik itu norma agama maupun norma sosial.

2. Bantu anak untuk bisa menjadi panutan yang positif. Berikan apresiasi saat ia melakukan kebaikan. Dukung hobinya, dukung bakatnya, temukan kelebihannya, dan biarkan ia berdamai dengan kekurangannya.

3. Bantu bangun kepercayaan diri anak. Beri apresiasi atas pencapaiannya, temani dan berikan semangat saat anak menemui kegagalan.

4. Jadilah teladan untuk anak kita. Anak-anak adalah peniru ulung. Apa yang dilihatnya sehari-hari, itu juga yang akan mempengaruhi perilakunya sehari-sehari.

5. Jadilah bagian dari pengalaman online anak kita. Kita bisa menjadi teman main game anak-anak, teman nonton anak-anak, atau teman di media sosial yang dimiliki anak-anak.

Nah, Ma, dengan melakukan tips-tips di atas, semoga kita bisa mendidik anak-anak kita agar tumbuh menjadi anak yang baik dan berkarakter mulia. Dan semoga, kita dan anak-anak kita tidak dipertemukan dengan orang-orang yang suka membully seperti di drama The Glory. Aamiin...



Ditulis dengan Cinta, Mama

Read More