Sudah menjadi rahasia umum jika Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan sistem zonasi di sekolah-sekolah negeri tahun ini cukup menguras emosi. Sebenarnya aturan ini mulai diberlakukan sejak tahun lalu, akan tetapi belum semua sekolah menerapkannya. Nah, tahun ini, seluruh sekolah negeri, tampaknya harus mengikuti aturan baru. Mau tidak mau.
Nah, seperti yang sudah jamak terjadi, setiap ada aturan baru biasanya ada kontroversi yang mengikuti. Dan terkait sistem zonasi tahun ini, terus terang, saya termasuk salah satu yang kurang menyetujuinya. Ya, mungkin sebenarnya kita (atau saya saja ya?) cuma perlu waktu untuk beradaptasi sih.
Sebagai informasi, saya adalah alumnus SMP Negeri 2 Purworejo. Beberapa hari lalu, ada berita yang cukup menarik dari sekolah ini.
Ya, demi sekolah idaman untuk putra-putrinya, para orang tua rela tidur di trotoar depan sekolah. Mereka mengejar 45 kuota zona utama yang disediakan khusus untuk warga yang bertempat tinggal di sekitar sekolah. Tentu saja, berita seperti ini langsung jadi topik diskusi yang seru di WAG alumni.
Baca beritanya aja udah kebayang ruwetnya nggak sih?
Memang, banyak yang mengkritik sistem PPDB seperti ini. Salah seorang teman yang putrinya masuk SMP tahun ini, mengeluhkan alur pendaftaran yang bikin mumet. Teman yang lain yang juga merupakan guru kelas 6 SD, mengeluhkan sulitnya memotivasi anak didiknya untuk belajar di Ujian Nasional kemarin. Menurutnya, anak-anak ini sudah paham bahwa mereka tidak akan bisa sekolah di sekolah favorit karena tempat tinggal mereka jauh dari sekolah idaman. Lalu untuk apa susah-susah belajar?
Kalau begini, sistem zonasibikinmales belajar, opini atau fakta? :)
Sebenarnya sih kalau dilihat, sistem zonasi ini memiliki tujuan mulia, yaitu untuk memberikan akses dan keadilan terhadap pendidikan bagi semua kalangan masyarakat, seperti yang dikatakan oleh Mendikbud Muhadjir Effendy. Namun, jika melihat keluhan-keluhan para orang tua dan guru terkait dengan sistem zonasi ini, tampaknya peraturan ini perlu dikaji lebih dalam lagi.
Pertama, ini kan masih permulaan atau perkenalan. Sebaiknya prosentase untuk warga sekitar jangan terlalu besar. Bertahap dulu lah, supaya nggak terlalu kaget. Pertimbangkan pula usaha anak-anak yang sudah berjuang untuk meraih nilai yang baik di Ujian Nasional.
Kedua, label sekolah favorit atau sekolah tidak favorit, mestinya perlahan-lahan mulai ditiadakan. Ini berarti, tidak perlu lagi ada ranking-rankingan.
Ketiga, sarana dan prasarana sekolah juga mesti disamaratakan. Jika fasilitas sudah merata, saya rasa anak-anak berotak cemerlang yang rumahnya jauh dari sekolah favorit, akan legowo jika ia harus sekolah di sekolah yang dekat dengan rumah.
Tapi, terlepas dari semua itu, sebagai anak desa yang dulu berkesempatan untuk merasakan sekolah di tengah kota, saya harus bilang, ada kebahagiaan tersendiri ketika kita bisa mengenal teman-teman dari daerah lain. Saat class meeting atau saat minggu bebas pasca ujian, kami bahkan punya agenda berkunjung ke rumah teman. Ini jadi pengalaman yang seru, lho!
Tanpa adanya sistem zonasi seperti sekarang ini, anak kampung seperti saya juga bisa merasakan bagaimana bahagianya ketika pulang sekolah bisa mampir ke swalayan untuk jalan-jalan, membeli barang-barang impian dengan uang saku yang telah lama dikumpulkan. Dengan adanya sistem zonasi, apakah sensasi seperti ini akan bisa dirasakan anak-anak kampung seperti saya lagi? :)
Hmm, semoga tahun depan ada kebijakan yang lebih bijak lagi deh, yaa.. Jika memang sistem zonasi akan tetap diberlakukan, semoga tidak ada drama lagi lah yaa, karena kita ini Indonesia, bukan Korea. Eeaaaa... Senyum dulu ah. 😁
Apa saja yang harus dipertimbangkan saat memilih sekolah untuk anak-anak? Ya, mencari sekolah yang tepat untuk anak-anak adalah hal yang gampang-gampang susah. Saat mencari TK untuk Mas Amay beberapa tahun lalu, saya bahkan berkeliling hingga 5 atau 6 sekolah. Saya mengajak Mas Amay ikut serta, dengan tujuan agar ia bisa memilih sendiri sekolah yang diinginkannya. Ada dua sekolah yang membuat ia jatuh cinta, sedangkan sekolah lainnya bahkan tidak masuk ke dalam kriteria sekolah menurut bayangannya.
Lalu bagaimana kami menimbang antara sekolah yang satu dengan yang lain, kemudian memutuskan untuk menyekolahkan Mas Amay di sana?
1. Kenali Kita dan Anak Kita
Mulailah dengan bertanya pada diri sendiri, sekolah seperti apa yang kita inginkan untuk anak-anak. Apakah sekolah yang mendukung penuh perkembangan bakat mereka, ataukah sekolah yang memfasilitasi anak-anak untuk bisa berbahasa asing, atau sekolah yang mencetak hafidz/hafidzah?
Setiap keluarga tentu punya visi dan misi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Untuk itu, yang mana yang menjadi tujuan di keluarga Mama, jadikan pertimbangan dalam mencari tempat belajar bagi anak-anak Mama.
Pertimbangan selanjutnya, kira-kira apa saja yang anak-anak kita butuhkan dalam pendidikan mereka?
Apakah anak kita menyukai kegiatan fisik yang menantang, ataukah ia lebih senang duduk mendengarkan? Apakah anak kita senang terlibat diskusi, atau senang dengan hal-hal yang berbau seni? Apakah anak kita senang membaca, berhitung atau malah lebih senang berkreasi? Apakah anak kita senang bekerja kelompok, atau malah lebih suka bekerja sendiri? Mari kita cermati minat dan bakat anak kita terlebih dahulu.
Selanjutnya, apakah sekolah yang kita minati mudah dijangkau? Jika letaknya cukup jauh, apakah anak kita mampu menghadapinya, dan adakah fasilitas antar jemput dari sekolah? Apakah anak kita ingin sekolah di tempat itu karena teman-temannya?
Pertanyaan-pertanyaan di atas dapat kita jadikan pertimbangan, Ma... Maka, kita harus mengetahui bagaimana anak-anak kita, dan apa mau mereka.
Saat mencari SD untuk Mas Amay, kami serahkan pada Mas Amay untuk memilih sekolah yang ia senangi. Kebetulan, ia memilih sekolah yang sama dengan sekolah yang dipilih sahabatnya. Sebagai orang tua, kami harus mendukung pilihannya. Apalagi sekolah ini masih cukup terjangkau biayanya, dan lokasinya pun tak terlalu jauh dari tempat tinggal kami.
2. Kumpulkan Informasi tentang Sekolah Tersebut
Hubungan antara murid dan guru adalah kunci.
teacher and students via www.gooverseas.com
Saya paling sedih kalau ada guru yang suka membentak anak didiknya. Ya, tegas itu penting, tapi tidak harus dilakukan dengan berteriak, kan? Ada cara yang lebih baik yang bisa dilakukan untuk membuat murid-murid mematuhi dan menghormati gurunya. Nah, usahakan mencari sekolah yang guru-gurunya bisa mengayomi anak-anak ya, Ma.
Kurikulum
Selain biaya dan lokasinya, tampaknya prestasi akademik pun menjadi pertimbangan para orang tua dalam mencari sekolah untuk anak-anaknya. Nah, hal lain yang perlu kita cari tahu adalah;
- Fasilitas apa saja yang ditawarkan sekolah tersebut?
- Apa saja kegiatan ekstrakurikuler yang ditawarkan sekolah tersebut?
- Bagaimana kualitas lulusan sekolah tersebut?
- Berapa banyak murid yang pindah ke sekolah lain?
- Apakah ada achievement atau penghargaan yang didapat oleh sekolah tersebut?
- Apa yang dilakukan sekolah dalam membantu mengembangkan karakter siswanya?
- Bagaimana sekolah menghadapi siswa yang berperilaku buruk?
- Apakah guru adil dalam memperlakukan siswanya?
- Apakah sekolah memiliki program dan dukungan untuk mencegah dan mengatasi masalah perilaku?
- Langkah apa saja yang dilakukan sekolah untuk menjamin keamanan siswanya?
- Apa upaya sekolah untuk mencegah terjadinya kekerasan, penindasan, pelecehan, dan bentuk penganiayaan lainnya?
- Apakah sekolah menyediakan layanan konseling bagi siswa?
Terus terang, saat memilih sekolah untuk Amay, kami tidak terpikir untuk mencari tahu sedalam ini. Namun di tengah perjalanan, kami menyadari bahwa pertanyaan-pertanyaan seperti ini sangatlah penting sebelum kita memutuskan untuk menyekolahkan anak-anak kita.
3. Datangi dan Lihat Sendiri Bagaimana Sekolah Tersebut
Hubungi sekolah yang Mama minati dan buatlah janji untuk berkunjung. Jika memungkinkan, kelilingi sekolah selama jam sekolah reguler dan kunjungi beberapa kelas. Hindari mengunjungi sekolah di minggu pertama atau terakhir suatu semester agar kita benar-benar tahu bagaimana sekolah beroperasi.
Jika memungkinkan, hadiri open house, pertemuan orang tua-guru, atau acara sekolah lainnya yang juga akan memberikan informasi berharga tentang sikap staf, siswa, dan para orang tua.
Cermatilah bagaimana sekolah berkomunikasi dengan siswa dan orang tua. Apakah siswanya tampak sopan, bahagia, dan disiplin?
Dengarkan dengan cermati apa yang dikatakan guru-guru tentang sekolah itu. Guru-guru inilah yang kelak akan menjadi orang dewasa yang paling dekat dengan anak kita, dan tentunya kita harus tahu apakah mereka berdedikasi dan bahagia dengan pekerjaan mereka.
Jika 3 langkah di atas sudah dilakukan, kini saatnya mendaftar ke sekolah tujuan. Jangan lupa untuk lebih teliti lagi melihat kapan dimulainya pendaftaran, dan kapan pendaftaran akan ditutup. Jangan seperti saya saat pertama kali mencari sekolah untuk Amay dulu. Hihi... Saat itu karena saya masih newbie, saya pikir pendaftaran baru akan dimulai di bulan Mei atau Juni. Ternyata, sekolah swasta sudah mulai mencari peserta didik baru sejak Januari. Masya Allah.
Baiklah, selamat berburu sekolahan. Semoga anak-anak kita mendapat lingkungan yang baik di sekolahnya, ya, Ma. :)
Kalau sampai itu terjadi, tentu alhamdulillah sekali. Sebagai orang tua, pastinya kita punya mimpi besar untuk anak-anak kita, kan? Kita ingin agar mereka menjadi anak yang pintar dan cerdas sehingga mereka dapat mencapai apa yang mereka cita-citakan.
Dari artikel yang saya baca, untuk memiliki anak-anak yang cerdas ternyata kita tak perlu mengeluarkan banyak uang, lho. Hayo, adakah yang sempat terpikir untuk memasukkan anak-anak ke bimbingan belajar yang mahal? Atau memenuhi waktu mereka dengan seabrek jadwal les di sana-sini?
No way, Ma! Kita, dengan tangan kita sendiri sesungguhnya dapat menghasilkan anak-anak yang cerdas. Asaaal, kita melakukan hal ini secara rutin. Jika kegiatan ini sudah menjadi “habitual action”, maka memiliki anak-anak yang cerdas tak lagi menjadi mimpi di siang bolong.
Apakah itu?
Jawabannya adalah mendongeng atau membacakan mereka buku.
Nah, Ma, jadikanlah kegiatan membaca ini sebagai rutinitas harian dengan anak-anak. Tak perlu terlalu lama, 10 – 15 menit sehari pun cukup. Bacakan buku untuk mereka, meski kelak mereka sudah bisa membacanya sendiri.
Mendongeng untuk Anak. Sumber Gambar: Pexels
Mengapa Harus dengan Membacakan Buku?
Mengapa harus membaca buku? Karena sebuah penelitian menunjukkan bahwa membacakan buku pada anak-anak adalah kebiasaan kuat yang akan mengantar mereka menjadi anak-anak yang cerdas dan berkarakter positif.
Menjadi orang tua memang mengikat waktu kita. Kita tahu bahwa profesi ini menuntut waktu yang tak terbatas. Tak hanya selesai setelah mengandung anak-anak selama 9 bulan atau menyusui mereka sampai 2 tahun lamanya, tetapi semua itu berlanjut. Dengan cucian yang seakan tak ada habisnya, dengan “sibling rivalry” yang seringkali mengisi hari-hari, dengan PR si kakak yang cukup banyak, dengan menu masakan yang setiap hari menuntut variasi, dan lain-lainnya.
On and on and on.
Namun, jangan jadikan kesibukan tadi sebagai alasan untuk tidak melakukan rutinitas yang baik ini ya, Ma. Because, this is what happens when you read aloud to your child every day:
1. Membacakan buku dapat meningkatkan perbendaharaan kata pada anak-anak kita.
Orang tua yang telah membacakan buku pada anak-anaknya sejak usia pra sekolah, sesungguhnya telah membantu anak-anak mereka dalam memahami pelajaran yang akan disampaikan oleh guru mereka di kelas saat sekolah nanti.
Tentu akan berbeda, jumlah kata yang dikuasai anak-anak yang sering dibacakan buku dengan yang tidak.
2. When you read aloud to your child every day, you grow your child’s brain, literally.
Semakin banyak buku yang kita bacakan, semakin banyak neuron yang tumbuh dan terhubung di otaknya.
3. Dengan membacakan buku pada anak-anak, sesungguhnya kita sedang meningkatkan kemampuannya dalam mendengarkan dan berkonsentrasi.
Dua hal ini tentu sangat penting saat mereka sekolah nanti. Membacakan buku juga dapat mengurangi kecenderungan agresif pada anak.
4. Kegiatan mendongeng yang dilakukan secara rutin, dapat membangun ikatan yang kuat antara ibu dan anak.
Sulung saya, Mas Amay, bahkan masih ingat salah satu buku kesukaannya sewaktu balita dulu. Terkadang saat saya mengeluarkan kalimat, “Sudah sampai belum?” dia langsung teringat buku kesayangannya yang berjudul sama.
5. Membacakan buku dapat meningkatkan rasa empati pada anak.
Ya, karena setiap buku mengandung cerita kehidupan yang berbeda-beda, kan? Membacakan berbagai macam buku cerita akan mengajarkannya untuk menjadi teman yang berempati, pandai melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang, dan juga menjadikannya seseorang yang penuh kasih, yang ringan tangan membantu orang lain yang membutuhkan.
Mengapa Kebiasaan Ini Sering Terlewatkan?
Sudah tahu manfaat membacakan buku bagi anak-anak, namun mengapa terkadang kita (saya khususnya), masih enggan meluangkan waktu untuk melakukannya? Nah, setidaknya ada 8 alasan mengapa kita belum terbiasa untuk mendongeng atau membacakan buku pada anak-anak. 8 alasan itu antara lain;
1. Maaf, Mama sibuk
Seperti yang sudah saya tulis di atas, terkadang cucian dan setrikaan yang menumpuk, menjadi beban yang harus segera diselesaikan. Pentingnya tumpukan pakaian itu bahkan mampu mengalahkan pentingnya menumbuhkan kedekatan dengan anak.
Ya gimana ya, mungkin sudah naluri kita bahwa segala yang berantakan harus segera dibereskan. Tapi adakah solusi untuk “menyembuhkan” perasaan sok sibuk ini?
Di NHW 6 dengan materi Ibu Manajer Keluarga Handal, mahasiswi IIP sudah diajarkan untuk “put first thing first”. Ya, jika peran kita di rumah adalah sebagai istri/ibu, maka kewajiban kita yang pertama adalah untuk hadir sepenuhnya di hadapan mereka. Bukan di hadapan cucian, hehehe...
Maka dari itu, semisal kita tidak sempat melakukannya, kita bisa mendelegasikan tugas kita ke laundry, misalnya.
Jadi sudah bisa memutuskan ya, lebih penting anak atau cucian, Ma? Hihi...
2. Anak saya sudah bisa baca sendiri kok.
Saya jadi ingin mengaku dosa. Setelah si sulung masuk SD, waktu saya dengannya menjadi semakin sedikit. Sepulang sekolah, urusan kami hanya sebatas mengulang hafalan dan mengerjakan PR. Membacakan buku menjadi sebuah kegiatan mewah, artinya, tidak setiap hari kami bisa melakukannya bersama. Padahal, semakin tinggi usia anak, ia membutuhkan bacaan yang semakin bervariasi.
“Tapi kan, dia bisa baca sendiri?”
Ya betul. Namun, keterampilan membaca dan mendengarkan mulai menyatu di sekitar kelas delapan. Sampai usia itu, anak-anak biasanya lebih banyak memahami sesuatu dari apa yang mereka dengarkan daripada yang mereka baca. Oleh karena itu, anak-anak dapat mendengar dan memahami cerita yang lebih rumit dan lebih menarik daripada apa yang dapat mereka baca sendiri.
Nah, mumpung Mas Amay masih kelas 2 SD, Mama Kepiting harus mulai merutinkan kembali kebiasaan yang hilang. Semoga Mama selalu ingat bahwa anak yang lebih besar pun masih suka dibacakan, meskipun ia tidak mengatakannya!
Membaca Buku, Sumber Gambar; Pexels
3. Saya paling males baca keras-keras
Ini penyebabnya mungkin antara dua; memang Mama tidak menyukai buku, atau karena Mama tidak suka membaca dengan keras.
Memang membaca dengan keras membutuhkan keterampilan. Apalagi jika yang dibaca adalah buku anak-anak yang ekspresif. Tapi ini kan dilakukan di rumah, Ma. Jadi nggak usah malu lah, hihi..
Lagi pula, membaca dengan keras bukanlah tentang kemampuan untuk tampil. Ini tentang hubungan atau bonding dengan anak-anak, karena kedekatan fisik dan ikatan emosional yang terlibat dalam kegiatan ini. Membaca dengan keras adalah sesuatu yang anak-anak sebut sebagai kegiatan favorit mereka untuk dilakukan dengan orang tua mereka.
Jadi, yuk mulai dari sekarang. Pilihlah buku yang paling menarik yang Mama ingin bacakan. Oya, sekalian promosi, saya juga jualan buku anak-anak lho! Xixixi...
4. Anakku nggak mau anteng
Ini saya alami sendiri. Anak pertama dan kedua saya memiliki karakter yang sangat berbeda. Si sulung lebih bisa tenang dan memiliki rentang konsentrasi yang cukup panjang, sementara si kecil tidak terlalu suka mendengarkan. Ternyata, ini berpengaruh pula pada kemampuan mereka dalam berkomunikasi.
Menyadari hal itu, saya tetap membacakan untuknya, meski kadang ia pergi meninggalkan mamanya. Hiks... Saya pun tetap mencarikan buku paling menarik, yang kira-kira akan disukainya. Dengan kebiasaan membaca keras setiap hari, ia pun belajar cara mendengarkan. Belakangan, ia meminta saya untuk membacakan buku kesayangannya.
Ingatlah bahwa ketika kita membaca dengan keras, sesungguhnya kita juga sedang meningkatkan kemampuan anak-anak untuk memperhatikan dan berkonsentrasi – keterampilan ini yang akan membantu anak-anak di sekolah dan dalam kehidupan di luar sekolah.
5. Saya lelah...
Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yang sekolah tak ada habisnya, terkadang menguras energi kita. Setuju kan, Ma? Efeknya, saat malam tiba kita sudah tak berdaya, dan ingin cepat-cepat tidur. Akhirnya, kegiatan membacakan buku sebelum tidur pun ditinggalkan. Lagi dan lagi.
Nah, bagaimana jika sekarang kita ubah jadwalnya? Coba lakukan kegiatan membaca ini lebih awal dari biasanya. Misalnya saat sarapan, atau saat bersantai di sore hari. Atau bisa juga saat jelang tidur siang.
6. Usia anak saya jauh berbeda
Ya, perbedaan usia anak yang cukup jauh juga bisa menjadi pemicu malasnya membaca. Mau baca untuk si sulung, adiknya ribut minta dibacakan juga, dan begitu pula sebaliknya. Hihi...
Lalu bagaimana cara mengatasinya? Bedakan jadwal membaca untuk mereka. Karena anak kedua saya belum sekolah, jadi saya biasa membaca untuknya saat si Mas pergi sekolah. Untuk si sulung, biasanya kami membaca bersama setelah sholat maghrib dan mengaji.
7. Anakku sering menyela... Di setiap halaman. Dan itu bikin males.
Tidak ada orang yang suka diganggu, memang. Termasuk saat membaca, yang sebenarnya tujuan awal kegiatan ini adalah untuk mereka. Tapi ternyata jika kita mau bersabar dan memahami mereka, sesungguhnya apa yang mereka lakukan ini adalah bagian dari proses belajar. Terlebih jika kemudian terjadi diskusi tentang buku ini. Wow!
Jadi, jika pertanyaan anak adalah tentang cerita itu sendiri, silakan jawab langsung karena mungkin saja ia tidak sepenuhnya memahami apa yang terjadi dan itulah mengapa dia bertanya. Namun jika pertanyaannya tidak berhubungan dengan isi buku yang sedang dibacakan, katakan, “Ooh, pertanyaan yang bagus. Nanti kita bahas setelah selesai baca buku ini, yaa...”
8. Baca buku yang sama berkali-kali itu membosankan
Iya, benar. :D
Namun sayangnya kita memang harus terus melakukannya, karena saat anak-anak mendengar kosakata yang sama secara berulang-ulang, hal ini akan semakin menguatkan pemahamannya terhadap kata tersebut. Jadi, bersabarlah, Ma.
Jika Mama memang sudah telanjur bosan sementara anak kita maunya buku itu-itu saja, coba singkirkan buku itu dari pandangan mereka. Selanjutnya, cari buku pengganti yang lebih menarik lagi. Bila perlu, saat membeli buku baru, ajak anak untuk memilih buku yang disukainya.
Nah Ma, mari kita sama-sama berusaha untuk konsisten membacakan buku untuk anak-anak agar mereka bisa tumbuh menjadi anak yang cerdas dan berperilaku baik. Siapa tahu, mereka bisa tumbuh menjadi secerdas Maudy Ayunda, ya kan? Aamiin. 10-15 menit sehari saja, cukup bagi mereka. Kelak, mereka akan mengingat ini sebagai pengalaman terbaik di masa kecil. Selamat memilih buku dan membacakannya untuk anak-anak, Ma!
Waktu begitu cepat berlalu, dan pada akhirnya kami sampai di sini. Mahasiswi Institut Ibu Profesional batch 7, minggu ini menghadapi NHW terakhir, yaitu NHW #9. Meski selama 3 bulan ini Mama tak terlalu aktif di grup, dan seringkali mengerjakan tugas mingguan dengan terburu-buru sehingga hasilnya kurang maksimal, namun tetap saja Mama merasa sedih dan kehilangan.
Tapi seperti kata orang bijak, cara kita melihat apakah kita cocok dengan seseorang atau tidak, yaitu ketika kita merasa lupa waktu. Dan ya, minggu demi minggu, hari demi hari yang kami lewatkan dengan obrolan seru, membuat kami benar-benar lupa waktu. Sampai kemudian kami tersadar, yah, ini adalah tugas terakhir, sebelum kami dinyatakan lulus atau tidak.
Kedengarannya koq wow banget yaa.. Agen Perubahan, gitu lho! Tapi kembali lagi ke fitrah kita sebagai manusia. Manusia yang bermanfaat adalah manusia yang menjalankan kehidupan sesuai dengan fitrahnya.
Jadi, jika kita sudah menemukan passion (ketertarikan minat) ada di ranah mana, mulailah melihat isu sosial di sekitar kita, lalu belajarlah untuk membuat solusi terbaik di keluarga dan masyarakat.
Karena ketertarikan Mama ada di dunia tulis-menulis, Mama buat seperti ini;
Social Venture adalah suatu usaha yang didirikan oleh seorang social entrepreneur baik secara individu maupun organisasi yang bertujuan untuk memberikan solusi sistemik untuk mencapai tujuan sosial yang berkelanjutan. Sedangkan social entrepreneur adalah orang yang menyelesaikan isu sosial di sekitarnya menggunakan kemampuan entrepreneur.
Untuk membuat perubahan di masyarakat, kita bisa mengawalinya dari rasa empati. Dan untuk membuat usaha yang berkelanjutan, kita bisa mengawalinya dengan menemukan passion, dan menjadi orang yang merdeka menentukan nasib hidupnya sendiri. Jika kita bisa menyelesaikan permasalahan sosial di sekitar kita dengan kemampuan entrepreneur yang kita miliki, kita tak perlu lagi menunggu dana dari luar untuk melakukan perubahan, karena modal sesungguhnya cukup dengan tekad kuat dari dalam hati.
Nah, Mama punya mimpi, kesadaran literasi di sekitar kita meningkat. Jika kesadaran literasi meningkat, kita tak akan mudah dibohongi. Kita pun akan semakin pandai dalam mencari informasi, menganalisa, menemukan, sehingga informasi yang terdistribusi adalah informasi yang benar, bukan hoaks semata.
Untuk mengawali kampanye literasi digital ini, Mama dan teman-teman Mama di KEB Solo, akan mengadakan kelas blogging untuk pemula dalam waktu dekat. Semoga kelak semakin banyak blogger yang menghasilkan karya-karya inspiratif, yang bisa mendorong masyarakat untuk menggunakan internet secara lebih bijak.
Secara kebetulan, hari Sabtu kemarin Mama dan Mas Amay terlibat obrolan seru. Mas Amay yang tanggal 16 Maret kemarin berulang tahun ke delapan, Mama ajak bicara dari hati ke hati. Obrolan ini bermula saat kami membahas seorang temannya yang sudah berhari-hari mogok sekolah. Mengapa temannya itu tidak mau sekolah? Bagaimana hal itu membuat ibunya sangat sedih? Sampai kemudian kami membahas tentang cita-cita, bagaimana agar bisa mewujudkannya? Mengapa Allah mengaruniai kita otak untuk berpikir, tangan untuk bekerja, dan hati untuk merasa?
Dalam banget. Terlebih sehari sebelumnya, yaitu hari Jumat, Mas Amay menerima rapor mid semester. Jujur, Mama bersyukur dengan apa yang Mas Amay dapatkan. Tapi Mama lebih bahagia saat Bu Husna berkata bahwa Mas Amay senang menggambar, dan di kelas, Mas Amay sering menggambarkan sesuatu untuk teman-teman.
Mama bahagia, karena Mama melihat ada binar-binar di mata Mas Amay saat Mas Amay menggambar. Insya Allah ke depannya kita akan lebih mudah berjalan, karena titik cahaya itu sudah kelihatan.
Saat Mama bertanya tentang cita-cita, jawaban Mas Amay ada dua. "Mas Amay mau jadi arsitek kayak papa, terus mau menulis buku juga."
Mama hanya bisa berdoa dan memberi support. Semoga Mas Amay bisa istiqomah di jalan yang sudah Allah tunjukkan. Mas Amay harus bersyukur, karena setidaknya Mas Amay sudah punya mimpi di usia ini. Mama, harus mencari dan menemukannya di usia yang tak lagi muda.
Mas Amay harus bersyukur, Mama dan Papa selalu support kegiatan Mas Amay. Mama, dulu berada di kondisi yang sangat terbatas. Jangankan untuk mengasah potensi, untuk membeli buku bacaan saja, Akung dan Uti kesulitan.
Tapi alhamdulillah, kini semua sudah terlewati.
Sekarang, jika Mama ditanya;
A. Apakah ada ranah aktivitas yang sesuai dengan kuadran SUKA dan BISA, seperti yang tertulis di NHW #7?
Alhamdulillah, apa yang Mama lakukan pada hari ini, sudah sesuai dengan potensi yang Mama miliki. Ya, Mama akhirnya benar-benar kecemplung di dunia tulis-menulis, dunia yang Mama impikan, sejak tahun 2013.
Namun, meski sudah berjalan 6 tahun lamanya, Mama masih harus banyak belajar untuk menjadi seorang Blogger Profesional.
B. Tentang "Be, Do, Have"
1. Mental seperti apa yang harus dimiliki untuk menjadi seorang blogger profesional?
Menurut Mama, seorang Blogger Profesional itu;
- Rendah Hati. Seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk, seperti itulah Blogger Profesional. Seperti Mak Carolina Ratri yang rajin berbagi ilmu ngeblog di blognya, atau seperti almarhum CumiLebay yang sering berkunjung ke blog-blog, tanpa melihat apakah blogger ini terkenal atau tidak.
- Haus Ilmu. Teknologi semakin berkembang, dan tentu, ini berpengaruh juga terhadap dunia per-blogging-an. Jangan pernah merasa puas, atau kau akan terlindas. Belajar lagi, belajar lagi, belajar lagi, karena di luar sana jumlah blogger atau penulis akan semakin banyak.
- Punya Value. Yap! Kata orang, profesi blogger semakin wangi. Mulai banyak brand yang menggunakan jasa blogger untuk mengiklankan produknya. Namun, seorang Blogger Profesional tidak gebyah uyah. Blogger Profesional tidak hanya mengejar materi saja. Blogger Profesional adalah blogger yang mengutamakan profesionalisme dalam berkarya. Untuk itu, blogger profesional harus mampu memilah dan memilih pekerjaan yang sesuai dengan hati nuraninya. Seperti pesan Ibu Septi Peni, "Rejeki itu pasti, Kemuliaan yang harus dicari."
2. Apa yang harus Mama lakukan untuk menjadi Blogger Profesional?
- Belajar tentang coding, SEO, juga tentang adsense
3. Apa yang akan Mama lakukan apabila Mama sudah memiliki apa yang Mama harapkan?
Seperti poin nomor 1 tadi, Mama harus tetap rendah hati, tidak pelit ilmu, sekaligus tetap belajar agar tidak tergilas perkembangan zaman. Satu lagi, Mama harus tetap punya value.
C. Tentang 3 aspek dimensi
1. Apa yang ingin dicapai dalam kurun waktu kehidupan kita?
Mama ingin tetap berada di jalan-Nya, semakin baik dari waktu ke waktu, bisa memberikan manfaat untuk diri sendiri, untuk keluarga, dan untuk lingkungan sekitar.
2. Apa yang ingin dicapai dalam waktu 5-10 tahun ke depan?
Ingin sekali dari hasil menulis, bisa ditabung untuk memberangkatkan Akung menunaikan rukun islam ke 5.
3. Apa yang ingin dicapai dalam kurun waktu satu tahun?
Ingin sekali bisa memenangkan lomba blog, dan bisa memberangkatkan Akung umroh. Siapa tahu nanti ada lomba blog berhadiah umroh, ya kan? Jika menang, hadiahnya akan Mama berikan untuk Akung.
Mohon doanya semoga impian-impian Mama bisa tercapai ya... Aamiin YRA.
Ya, lebih dari itu, Mama ingin bisa mendampingi Mas Amay dan Dek Aga untuk mengejar cita-cita, memberi manfaat untuk banyak orang. Semoga Mama, Papa, Akung, Mas Amay dan Dek Aga, senantiasa diberi kesehatan dan keselamatan agar bisa beribadah dengan baik. Semoga kita selalu berada dalam penjagaan-Nya. Aamiin YRA.
"Before you can successfully make friends with others, first you have to become your own friend." Stephen Richards
Suatu hari Mama menemukan motivational quotes di atas, dan kalimat itu benar-benar membuat Mama merenung. Ya, sebelum bisa berteman dengan orang lain, pertama-tama kita harus bisa berteman dengan diri kita sendiri. Berteman dengan diri sendiri, artinya kita mampu mengenali diri sendiri, baik kelemahan maupun potensi yang dimiliki. Berteman dengan diri sendiri juga berarti mengetahui hal-hal yang kita sukai dan yang tak kita sukai.
Menjadi mahasiswi di Institut Ibu Profesional, Mama semakin akrab dengan pesan Bu Septi Peni, yaitu, "Meninggikan gunung dan bukan meratakan lembah." Ini lagi-lagi membuat Mama manggut-manggut. Oiya ya, kenapa kita harus repot-repot menjadi orang lain dengan 'meratakan lembah'? Kenapa kita tidak menonjolkan kemampuan kita saja? Jadi diri sendiri itu lebih membuat kita nyaman, ya kan?
Bersyukur di NHW #7 ini, kami para mahasiswi, diajak untuk menyelami diri sendiri. Jangan salah, menguliti diri sendiri ternyata tidak lebih mudah dari menilai pribadi orang lain, lho, hihi... Makanya ada peribahasa yang mengatakan, gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak.
Buya Hamka bahkan berkata, "Mengenal diri sendiri jauh lebih sukar daripada ingin mengetahui kepribadian orang lain, sebab itu, kenalilah dirimu sendiri sebelum mengenal pribadi orang lain."
Beruntung, IIP mendapatkan izin untuk menggunakan tools temuan Abah Rama Royani, seorang yang sering menjadi guru tamu di komunitas Ibu Profesional. Tools tersebut beralamat di www.temubakat.com.
Setelah mencoba tools tersebut, hasil yang Mama dapatkan adalah sebagai berikut;
ARINTA ADININGTYAS, anda adalah orang yang senang mengkomunikasikan sesuatu yang sederhana menjadi menarik, analitis, teliti & suka mengumpulkan informasi, senang mempelajari latar belakang, senang olah pikir, menyendiri, analitis dan senang berkomunikasi, senang mengkomunikasi ideanya, suka mengumpulkan berbagai informasi atau literatur.
Ternyata, potensi Mama Kepiting adalah sebagai communicator, evaluator, explorer, interpreter, dan journalist.
Apa iya sih? Memang, hasil tesnya bisa berubah-ubah, tergantung mood. Tapi, di sana kita diberikan beberapa pilihan, mana yang paling cocok sampai dengan yang paling tidak cocok dengan karakter kita.
Mama Kepiting tentu tidak cocok menjadi operator atau producer, karena memang Mama Kepiting kurang terampil dalam membuat atau mengoperasikan sesuatu. Misalnya, menjahit baju atau membuat menu makanan baru. Duh, Mama tidak mampu.
Selain itu, Mama akui, Mama bukan marketer yang baik. Iya, selama ini, Mama memang mencoba menjadi reseller dan marketer buku-buku anak. Tapi, tujuan dari berjualan buku itu bukan untuk menjadi kaya atau banyak uang. Mama ikut memasarkan buku hanya agar bisa memiliki buku untuk Mas Amay dan Dek Aga, tanpa harus kehilangan banyak uang, hehe.. Kan kalau jadi reseller atau marketer, diskonnya lebih banyak. Dengan mengumpulkan teman-teman Mama yang ingin membeli buku itu juga, setidaknya Mama bisa mendapatkan buku incaran Mama dengan harga lebih murah, syukur-syukur dapat gratis. Hehe...
Lalu, apakah benar potensi terbesar Mama adalah sebagai communicator, evaluator, explorer, interpreter, dan journalist?
Mama belum pernah menggali potensi sebagai evaluator, explorer, dan interpreter sih. Namun sebagai communicator, Mama memang sebenarnya suka tampil di depan umum. Hanya saja, permasalahan utama yang dulu Mama hadapi adalah soal ketidakpercayaan diri.
Sampai suatu hari, saat diadakan seminar parenting di TK Mas Amay, Mama diminta untuk menjadi moderator. Meski deg-degan pada awalnya, namun alhamdulillah, Mama bisa membuktikan pada diri sendiri bahwa Mama bisa melakukannya.
Lanjut soal potensi menjadi journalist. Ya, meski mungkin bukan sebagai jurnalis profesional, tapi setidaknya sudah terlihat bahwa Mama memiliki dua blog sebagai tempat menuangkan isi hati dan isi kepala. Anggap saja ini berkaitan dengan potensi sebagai journalist yaa, hehe...
Alhamdulillah, so far hasil tesnya tidak terlalu jauh dari karakter Mama selama ini.
Baiklah, setelah mencoba mengenali potensi diri melalui www.temubakat.com, kemudian mengkonfirmasi ulang apakah Mama benar-benar seperti hasil tes itu, Mama kemudian bisa memetakan hal apa saja yang Mama suka dan Mama bisa, Mama suka namun Mama tak bisa, Mama tak suka namun Mama bisa, dan yang Mama tak suka dan tak bisa.
Suka dan Bisa
- Menulis
- Berbicara di depan banyak orang/anak
- Memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu
Suka, namun Tidak Bisa
- Bermain Musik
- Menggambar / Mendesain
Tak Suka, namun Bisa
- Memasak
- Bersih-bersih rumah
Tak Suka dan Tak Bisa
- Menjahit
- Crafting
Sebagai penutup, Mama petik sebuah kalimat, yang mungkin nanti berguna untuk Mas Amay, Dek Aga, dan yang lainnya.
Before anything else, find yourself, be yourself and love yourself.
Memasuki NHW #6, kali ini Mama belajar tentang bagaimana menjadi manajer andal. Jika Ibu Septi Peni mempunyai program menjadikan pakaian "daster" bagi ibu-ibu hanya dipakai dari Subuh sampai pukul tujuh pagi, di mana saat berdaster itu merupakan waktu untuk mengerjakan pekerjaan rutin di rumah, berbeda dengan Mama. Mama lebih suka menggunakan daster sepanjang hari, karena mayoritas waktu Mama memang berada di ranah domestik ini.
Ibu Septi, setelah jam tujuh pagi, berganti pakaian yang lebih rapi, dan beliau siap mendidik anak-anaknya dan bermain total bersama mereka. Ya, kalau Mama tidak salah, Bu Septi mendidik sendiri putra-putrinya di rumah, atau bisa disebut homeschooling. Setelah pukul tujuh malam, beliau berdaster kembali.
Program ini dikenal dengan nama '7 to 7' dan sekarang menjadi program andalan di Institut Ibu Profesional.
Dulu Ibu septi membuat program 7 to 7 tujuannya agar bisa bertindak sebagai ibu profesional dengan adanya jam kerja. Dalam mendidik anak, beliau berpenampilan rapi selayaknya guru yang mengajar sejak jam 7 pagi hingga jam 7 malam. Intinya beliau belajar menghargai diri bahwa ibu rumah tangga juga sebuah profesi yang bisa dikerjakan secara profesional, bisa dandan cantik dan modis di jam tersebut.
Mengapa Mama tidak menirunya? Karena Mama lebih nyaman "bekerja" dengan daster, hehe.. Pun, Mas Amay dan Dek Aga tidak menjalani homeschooling. Jadi kelak, saat Dek Aga sudah resmi menjadi anak TK, waktu Mama untuk "menyendiri" dengan tugas-tugas domestik insya Allah akan lebih panjang.
Nah, maka dari itu, saat ada materi tentang kandang waktu, Mama mengumpamakan saat Dek Aga sekolah nanti. Toh, insya Allah tinggal beberapa bulan lagi.
Dan karena rata-rata waktu sekolah Dek Aga adalah sejak pukul 7:30 sampai pukul 12 siang, maka kandang waktu Mama adalah sebagai berikut :
Jam 5 - 7 pagi, Mama menjadi koki dan "qyu-si". Apa itu qyu-si? Hihi.. Itu maksudnya QC alias Quality Control. Setelah menyiapkan sarapan pagi, Mama harus mengecek keperluan Mas Amay dan Dek Aga, juga keperluan Papa sebelum mereka berangkat.
Jam 7 - 11 siang, waktunya memasak untuk sehari, mencuci, menyapu dan mengepel. Mama harus menyelesaikan tugas ini dalam waktu 4 jam. Bisa? Harus bisa. Kalaupun terpaksa belum selesai, Mama boleh menundanya keesokan hari.
Di IIP, ada kandang waktu yang bersifat dinamis, atau bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Nah, untuk tugas domestik seperti ini, Mama harus menetapkan prioritas juga.
Di antara 4 hal yang harus Mama kerjakan di 4 jam ini, yaitu memasak, mencuci, menyapu dan mengepel, yang paling wajib adalah memasak. Mengapa? Setidaknya ada 2 alasan;
1. Tidak memasak, artinya boros. Sedangkan Mama harus pandai mengatur keuangan keluarga juga. Ya kan? Jika salah perhitungan, khawatirnya akan mempengaruhi kebutuhan lainnya.
2. Memasak supaya gizi keluarga terjamin.
Untuk mencuci, menyapu, dan mengepel, jika Mama tak sempat, maka akan dilakukan sesempatnya. :)
Jam 11-1 siang, waktu Mama untuk menulis. Menulis sekenanya. Menulis sedapatnya.
Mengapa Mama membuat kandang waktu menulis di jam ini? Jam 11, Mama harus berhenti dari mengerjakan pekerjaan domestik. Dan jam 1, adalah waktu sebelum anak-anak pulang sekolah. Jika anak-anak pulang lebih cepat, Mama akan mengurangi waktu untuk menulis ini.
Jam 1-8 malam, waktu Mama akan tercurah untuk anak-anak, dan untuk papa. Ini waktu untuk menemani mereka bermain dan belajar. Jika diperlukan, waktunya akan Mama tambah.
Before Bedtime, Mama akan melanjutkan kegiatan menulis, membuat desain postingan untuk sosial media, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan mama sebagai Mom Blogger.
Ya, itulah jadwal yang telah Mama susun, setidaknya untuk hari Senin-Jumat, saat anak-anak dan papa punya kegiatan di luar rumah. Terkhusus untuk hari Kamis, Mama harus menyediakan waktu menjadi Makmin di WA Grup Kumpulan Emak Blogger, karena hari itu adalah jadwal drop link blog walking.
Untuk weekend atau Sabtu dan Minggu, jika tidak mudik dan tidak ada acara dengan komunitas menulis baik itu IIDN maupun KEB, maka Mama akan menggunakan waktu untuk having fun bersama keluarga, plus, menyetrika. Hehe..
Do'akan semoga Mama bisa mematuhi jadwal yang Mama buat sendiri ini yaaa... Selamat me-manage waktu untuk keluarga juga ya, Ma..
Penyakit memang bisa muncul kapan saja. Namun, di musim hujan, ada 6 penyakit yang sering menjangkit. Tulisan di bawah ini adalah review jujur Mama tentang produk Essential Oil dari SIPOPO, setelah Mama mencoba produknya kurang lebih 2 minggu terakhir. Mungkin teman-teman Mama bisa mencobanya juga, agar kita dan keluarga sehat senantiasa.
Waktu paket dari SIPOPO datang, Mama langsung takjub dibuatnya. Paket dibungkus sangat rapi, dan sangat mengutamakan keamanan. Ada beberapa lapis bubble wrap untuk membungkus produk essential oil ini.
Mengapa Mama tertarik untuk mencobanya? Seperti yang Mama tulis di paragraf pembuka di atas, penyakit memang bisa datang kapan saja. Terlebih lagi di musim hujan seperti sekarang ini. Setidaknya ada 6 penyakit yang mesti kita waspadai.
1. Influenza
Ini Mama alami beberapa minggu lalu, saat Mama disibukkan dengan persiapan gelaran Event Collaboration KEB dan Wardah di The Alana Hotel, Solo. Tiga hari sebelum acara, mata Mama berair terus. Badan panas, tulang-tulang terasa linu. Memang gejalanya seperti itu. Penyakit yang disebabkan oleh virus influenza ini bisa menyebar melalui batuk, bersin, atau dari sentuhan dengan benda-benda yang sudah terkontaminasi.
Meski flu adalah penyakit umum dan biasanya bisa sembuh dengan sendirinya, namun kita harus tetap waspada, karena influenza bisa berkomplikasi menjadi pneumonia atau yang lebih dikenal dengan istilah paru-paru basah. Na'udzubilah min dzalik ya, Ma...
2. Diare
Awal Februari lalu, Aga juga terserang diare. Kasihan sekali, karena dia yang biasanya minta makan berkali-kali, mendadak jadi tak mau makan apa-apa. Seharian mengeluh sakit perut, hingga empat kali pup. Aga juga muntah beberapa kali. Di kasur Mama, di kasur kamar depan, juga di gendongan Mama.
Mama sedih sekali. Tapi alhamdulillah, esoknya dia ceria kembali. Ia sudah mau minum susu hangat (sebelumnya ia menolak, mungkin karena enek dan ingin muntah, yaa), dan makan beberapa suap. Alhamdulillah...
3. Demam Tifoid (Tifus)
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhosa ini ditandai dengan gejala demam tinggi, 39° C sampai 40° C, tubuh menggigil, denyut jantung lemah, badan lemah, sakit kepala yang hebat, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, konstipasi, dan sakit perut. Biasanya, penyakit ini ditularkan melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh tinja.
Untuk terhindar dari penyakit ini, beri edukasi pada anak-anak agar tidak jajan sembarangan ya, Ma...
4. Demam Berdarah
Om Naufal, akhir tahun lalu, terkena Demam Berdarah. Bahkan kata Tante Fira, di Bogor penyakit ini sudah menjadi KLB. Beberapa orang meninggal dunia karenanya. Ya Allah... Penyakit ini disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus (Nyamuk Harimau Asia).
Makanya, Mama suka memakaikan minyak telon yang mengandung citronella pada Mas Amay dan Dek Aga, karena nyamuk tidak menyukai wanginya.
Penyakit yang sering disebut penyakit kencing tikus ini juga mengerikan, karena juga bisa menyebabkan kematian. Meski nama lainnya adalah penyakit kencing tikus, tapi ternyata penyebabnya bisa dari sapi, anjing, babi, reptil dan hewan amfibi, serta hewan pengerat lainnya.
6. Penyakit Kulit
Penyebabnya tentu saja karena udara yang lembab, yang menyebabkan jamur tumbuh dengan subur. Gejalanya mulai dari gatal-gatal kemerahan, hingga rasa perih saat disentuh.
JAGA KESEHATAN, YUK...
Nah, Ma... Tentu kita ingin dijauhkan dari 6 penyakit di atas kan? Untuk itu, beberapa cara yang bisa kita lakukan adalah dengan menjaga kesehatan semaksimal mungkin. Olahraga, makan makanan yang bergizi, banyak minum air putih, dan istirahatlah yang cukup.
Pertama kali mencoba SIPOPO ini adalah saat hari Sabtu malam, tanggal 23 Februari yang lalu, Mas Amay muntah-muntah. Mama menduga, Mas Amay muntah-muntah karena terlalu banyak makan cokelat waktu siang. Kebetulan hari itu Mama ketempatan arisan, dan karena ini adalah arisan teman TK Mas Amay, jadi Mama menyediakan banyak cokelat dan makanan kecil lainnya.
Tak tahunya, malam-malam Mas Amay mengeluh sakit perut dan muntah berkali-kali, sampai-sampai Mama kurang tidur jadinya.
Tepat jam setengah satu malam, Mas Amay yang sebenarnya tidurnya kurang nyenyak karena sakit perut, tiba-tiba berlari ke kamar mandi. Dia muntah lagi di kloset. Saat itu Mama baru ingat kalau Mama punya SIPOPO.
Sebenarnya SIPOPO yang Mama miliki ini untuk strong immune atau kekuatan imun. Tapi tak apalah dicoba. Mama mencampurkan sesendok makan VCO dengan tiga tetes SIPOPO. Setelah itu, Mama oleskan minyak itu ke perut, tengkuk, telinga, dan telapak kaki Mas Amay.
Hasilnya? Mas Amay bisa tidur nyenyak dan tidak lagi muntah. Mama masih belum bisa memastikan, apakah itu karena Mas Amay memang sudah tidak ingin muntah ataukah karena SIPOPO ini. Mari kita lihat besok pagi.
Dan esok harinya, alhamdulillah apa yang Mama khawatirkan tidak terjadi. Tadinya Mama mengira Mas Amay akan demam atau radang, tapi alhamdulillah Mas Amay bangun dengan ceria.
Mama bohong ah...
Tidak. Mama selalu menjunjung tinggi sebuah kejujuran, jadi mana mungkin Mama akan tega membohongi teman-teman Mama Kepiting?
Sejak hari itu, tiap malam Mama mengoleskan minyak SIPOPO untuk Mas Amay dan Dek Aga. Sebenarnya SIPOPO adalah produk essential oil yang diformulasikan khusus untuk anak-anak. SIPOPO ini obat luar, sangat membantu jika anak-anak kita tak suka obat. Tapi karena Mama suka baunya, jadi Mama dan Papa juga pakai, hehe...
Papa pernah bilang, "Baunya kayak minyak cengkeh." Mama yang tidak pernah mencium bau minyak cengkeh pun tak percaya.
"Masa?" tanya Mama.
"Iya. Dulu waktu di Paninggaran (Pekalongan), kan banyak yang bikin minyak cengkeh." Oh, oke deh. Percaya aja sama Papa. Papa kan nggak cuma setahun dua tahun tinggal di sana.
Dan setelah Mama search di website SIPOPO di https://sipopo.id/ ternyata benar, komposisi SIPOPO varian Strong Immune antara lain, Clove (cengkeh), Lemon dan Tea Tree Oil.
Tahu nggak sih, ternyata cengkeh ini punya banyak manfaat, lho.
1. Cengkeh dapat melindungi tubuh dari kanker. Cengkeh diperkaya dengan antioksidan eugenol yang dapat melawan radikal bebas dalam tubuh.
2. Cengkeh dapat membunuh bakteri penyebab penyakit.
3. Cengkeh dapat meningkatkan kesehatan hati.
4. Cengkeh dapan menjaga kesehatan tulang.
5. Cengkeh dapat mengobati sakit maag
6. Cengkeh dapat mengendalikan kadar gula daram darah.
Wah, ternyata banyak sekali manfaatnya, yaa...
Oya, tak hanya "ngefek" untuk Mas Amay, ternyata SIPOPO juga "ngefek untuk tante Opik. Ceritanya, dua minggu lalu tante Opik pergi ke rumah bunda di Semarang. Tapi sayang, Selasa minggu lalu, dia mengeluh sakit. Demam dan muntah-muntah gitu deh.
Tapi kemudian, hari Jumat kemarin dia memutuskan untuk pulang ke Solo meski masih sakit. Setelah sampai di Solo, seharian itu tante Opik hanya tiduran saja di kamar. Dia yang biasanya hobi banget pegang gadget, mendadak jadi anteng banget di sosmed. Ya sudah, malam hari setelah sholat isya, Mama oleskan campuran antara VCO dan SIPOPO. Kali ini, Mama lebihkan dosisnya. Tak lupa, Mas Amay, Dek Aga, Mama dan Papa juga diolesi SIPOPO ini.
Besok paginya, Mama tanya sam tante Opik, gimana rasanya setelah pakai SIPOPO?
Jawabannya kurang lebih gini, "Efeknya aku bisa tidur lebih nyenyak sih. Kemarin-kemarin kan karena demam, aku jadi nggak bisa tidur."
Dan Sabtu siang, tante Opik sudah bisa bantu Mama masak.
Mama menduga, saat bisa tidur nyenyak itulah, ketahanan tubuhnya jadi meningkat. Itu yang membuat tante Opik lebih sehat dari sebelumnya.
So, beneran deh, Ma, Essential Oil dari SIPOPO ini recommended banget. Mama Kepiting juga insya Allah mau beli lagi nanti. Tidak seperti essential oil lain yang umumnya dijual per kandungan herba-nya (Misal; Lavender, Peppermint, dll), SIPOPO merupakan kombinasi dari beberapa jenis herba yang sudah di-mix untuk manfaat tertentu.
1. Strong Immune, ini seperti yang sudah kami coba. Kandungannya terdiri dari Clove, Lemon dan Tea Tree Oil.
2. Bye Cough & Flu. Kandungannya terdiri dari Mint, Anise, Cajeput dan Rose
3. Sleep Well. Kandungannya terdiri dari Lavender, Peppermint, Cajeput, Lemon, Nutmeg, Rose dan Anise Oil
4. Happy Stomach. Kandungannya terdiri dari Ginger, Tea Tree, Eucalyptus dan Lemongrass oil.
Kira-kira, teman-teman Mama Kepiting pengen yang varian apa nih? Kayaknya penting semua, yaa... Hehe... Kalau Mama-Mama pengen beli juga, bisa ke website-nya di https://sipopo.id/ atau ke instagram @sipopo.id ya, Ma... Semoga kita sehat selalu. :)
Matrikulasi sudah memasuki minggu ke-5. Pelajarannya masih tentang menguatkan peran Mama di keluarga ini. Jika di NHW sebelumnya Mama harus menetapkan milestone, kali ini Mama harus membuat kurikulum. Warbyasak yaaa... Milestone kemarin saja belum benar, tugas selanjutnya malah lebih rumit lagi, hihi...
NHW #5 Matrikulasi IIP
Tapi memang, Mama harus membuat kurikulum untuk Mama sendiri terlebih dahulu, sebelum Mama membuatkan kurikulum untuk Mas Amay dan Dek Aga. Tujuannya biar "nggak jarkoni" mungkin yaa... Masa Mama menuntut anak-anaknya belajar, sedangkan Mamanya leha-leha? Nggak adil dong yaa... Bagaimana Mama mau menjadi madrosatul uula? Lagipula, jika seorang ibu telah mampu membuat kurikulum yang baik untuk dirinya sendiri, insya Allah dia akan lebih mudah untuk membuat kurikulum bagi anak-anaknya. Ya, arahnya ke sana. Menguatkan peran anak-anak, dengan terlebih dulu menguatkan peran sang ibu. Sampai di sini, Mama semakin paham bahwa peran kita di dunia ini, sama dengan fitrah yang dilekatkan oleh Allah saat kita dilahirkan dahulu.
Lanjut tentang kurikulum untuk Mama yaa..
Terus terang, semakin hari Mama semakin takjub dengan Institut Ibu Profesional. Kurikulum yang telah disusun untuk para mahasiswinya benar-benar te-o-pe. ❤
Mama kan sudah menetapkan satu jurusan ilmu yang ingin Mama pelajari. Tak hanya ingin Mama pelajari sih, tapi juga ingin Mama tekuni. Dan jurusan ilmu yang Mama pilih itu adalah tentang ilmu menulis. Mama beruntung sekali sudah mengenal IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis) dan KEB (Kumpulan Emak-emak Blogger) sejak 2013, sehingga Mama sedikit memiliki bayangan, pelajaran tentang menulis yang bagaimana yang Mama butuhkan.
Satu yang Mama sesalkan. Jika Mama sudah menetapkan milestone di NHW #4 dengan benar, seharusnya tugas kali ini menjadi lebih mudah. Tapi tugas yang lalu saja belum Mama perbaiki, jadi ya tugas kali ini mungkin belum bisa maksimal juga. Hiks.
Ya sudahlah, besok luangkan waktu untuk mendalami NHW #1 sampai NHW #4. Sekarang saatnya kita tetapkan tujuan. Hal-hal yang ingin Mama pelajari dari dunia menulis adalah;
Meski begitu, popular post selama ini masih diduduki tulisan ini; Mengelola Air Limbah Rumah Tangga, untuk Indonesia yang Lebih Sehat. Tulisan tentang Wedangan belum pernah Mama share di media sosial manapun, selain WhatsApp. Jadi, itu murni hasil dari pencarian di google. Sedangkan tulisan kedua, Mama share satu kali saat tulisan itu baru saja Mama buat, untuk mengikuti sebuah lomba. Namun ternyata, keingintahuan masyarakat tentang pengelolaan air limbah, cukup besar juga. Ini membuat tulisan tentang pengelolaan air limbah itu menjadi popular post di kayusirih.com. Jadi, jika tujuan Mama menulis di blog adalah untuk mendapatkan page view dari pembaca yang mencari di google, maka Mama harus banyak menulis tentang kuliner atau tentang hal-hal yang berkaitan dengan gaya hidup. Padahal, dua tulisan itu bukan tulisan yang Mama banget. Tulisan yang Mama sukai malah tentang "curhatan" seperti ini; Tentang Memaafkan; Forgive and You'll Be Free, juga ini; Heart Field; Usaha Saya Mengganti Kecewa dengan Rasa Bahagia. Lalu apakah saya harus keluar dari diri karakter Mama sendiri? Jawabannya, tidak. Menulis bagi Mama adalah sarana untuk aktualisasi diri dan terapi hati. Jika yang Mama kejar hanya hal-hal yang bersifat duniawi, lalu apa fungsi hidup ini? PR Mama adalah, bagaimana agar "curhatan" Mama bisa banyak dicari?
2. Menaklukkan Lomba Mama sedih lho, karena berkali-kali Mama ikut lomba, berkali-kali juga Mama gagal memenangkannya. Tapi alhamdulillah sedihnya cuma sebentar. Selanjutnya, mari kita belajar lagi. Belajar dari mana? Tentu saja dari tulisan para jawara. :) 3. Menulis Fiksi Mama juga ingin belajar menulis fiksi. Kebetulan, satu antologi cerita anak yang di dalamnya ada karya Mama, insya Allah sebentar lagi terbit. Tapi, Mama punya mimpi untuk bisa memiliki buku anak sendiri. Semoga mimpi itu terwujud di tahun ini. Dan sebenarnya, menurut kata teman-teman Mama yang sudah lebih dulu menjadi penulis profesional, yang perlu dilakukan seorang lenulis adalah membaca, memaca, membaca, lalu menulis, menulis, menulis. Membaca lagi, menulis lagi. Begitu seterusnya. Jadi, Mama juga harus memperbanyak bacaan. Mama juga harus pandai membaca sekitar, menangkap dan mempertajam ide dari apa yang terlintas di pandangan. 4. Mengoptimalkan Adsense
Ini sih, hal terakhir yang ingin Mama pelajari, hihi.. Nanti jika Mama sudah berhasil melakukan 3 hal di atas, Mama baru akan memikirkan poin ke-4 ini. Mengoptimalkan adsense adalah bagian dari menguasai ilmu tentang SEO (Search Engine Optimization). Ini cukup rumit, dan akan jadi lebih mudah jika poin nomor satu sudah benar-benar Mama kuasai. Huwaaah, kalau sudah dijabarkan begini, ternyata PR Mama banyak sekali. Hihi... Tapi Mama harus semangat, karena menuntut ilmu juga bagian dari ibadah kan?