Kepala saya pusing karena sejak tadi malam, berkali-kali saya menangis. Semua karena Mayo, kucing oren yang sudah menjadi bagian dari keluarga kami sejak November 2020 lalu, pergi untuk selama-selamanya setelah menderita sakit selama beberapa minggu.
Baca : Anggota Keluarga Baru Itu Bernama Mayo
Mayo kenapa?
Kata dokter, ia terkena virus. Virus itu membuat konsentrasinya melemah. Sekitar dua tiga minggu terakhir, ia seolah linglung, hingga pipis dan pup di sembarang tempat. Sebelumnya, ia tak pernah seperti ini. Alhamdulillah, ia tidak pernah pipis atau pup di kamar, jadi kami masih bisa membersihkan kotorannya dengan mudah.
Sejak beberapa minggu terakhir juga, ia jarang keluar rumah. Padahal biasanya ia senang main ke rumah Tante Erika dan baru pulang saat ingin makan atau saat malam telah datang. Sejak sakit, ia jadi sering rebahan dan tempat favorit barunya adalah di bawah kompor kemudian berpindah di bawah sink / tempat cuci piring.
Di hari-hari terakhirnya, suami menyadari bahwa Mayo sudah tidak bisa melompat. Kakinya melemah. Ya Allah, sedih banget kalau ingat ini. Dalam benak saya, Mayo masih merupakan kucing kecil yang lincah dan manja. Rasanya ngga rela melihat ia menjadi tak berdaya seperti ini. 😭
Mayo, ada luka di telinganya |
Kondisi Mayo memburuk di malam Sabtu. Saya baru saja akan merebahkan badan ke kasur saat terdengar suara gerombyangan dari dapur. Suami yang langsung memburu ke sumber suara, langsung berteriak, "Mayo, Mayo..."
Mendengar teriakan suami, saya menyusul ke dapur.
"Mayo kejang!" kata suami panik.
Saya cuma bisa menangis melihatnya... Setelah Mayo agak tenang, saya membungkusnya dengan kain, lalu memeluk dan menggendongnya.
Belum berapa lama, ada bau yang muncul. Mayo pipis di baju saya, dan keluarlah pup juga. Sependek yang saya ingat, itu adalah pup terakhirnya. Meski saya harus mandi lagi di jam 10 malam, saya tidak pernah menyesal. Saya bahagia bisa menunjukkan cinta kasih saya pada Mayo di malam terakhirnya di rumah.
Malam itu, Mayo ditempatkan di keranjang. Ia sudah sangat lemas dan sama sekali tidak punya nafsu makan meski suami sudah mencoba memberinya makanan kesukaannya.
Keesokan paginya, di hari Sabtu, Mayo semakin ambruk. Ia kembali kejang untuk kesekian kalinya. Saya benar-benar tidak tega melihatnya. Setelah ia lebih tenang, saya gendong Mayo sambil bercucuran air mata. Saya katakan padanya,
"Mayo, kalau udah ngga kuat, Mayo boleh pergi."
Siang harinya kami memanggil dokter. Karena saya merasa tidak akan sanggup melihat Mayo diperiksa, jadi saya bersembunyi di kamar. Mayo ditemani suami, Mas Amay dan Adek Aga. Begitu dokter memeriksa Mayo, beliau langsung mengatakan kalau kondisi Mayo sudah sangat berat, dan akhirnya beliau memutuskan untuk memberi Mayo suntikan vitamin.
Tak berapa lama setelah suntikan diberikan, Mayo pipis sampai 2x. Dan saat itulah nafas terakhirnya terhembus. Mayo sudah tidak bergerak.
Suami mendatangi saya yang masih bersembunyi di kamar. Matanya berkaca-kaca ketika beliau mengatakan, "Mayo udah ngga ada."
Saya terisak. Mas Amay kemudian menyusul kami ke kamar dan berkata, "Mayo sudah tenang, Ma."
Saya kira, Mas Amay sudah paham kondisi Mayo ketika ia mengatakan bahwa Mayo "sudah tenang". Rupanya Mas Amay salah duga.
"Kalau sudah tenang kayak gitu, Mayo bisa hidup lagi kan?" tanyanya lagi. Ah, ternyata dia mengira Mayo masih hidup dan dalam kondisi tenang karena tak lagi kejang-kejang. Dia tidak tahu kalau Mayo sudah meninggal.
Mas Amay baru memahami apa yang terjadi ketika melihat saya duduk sambil sesenggukan di depan Mayo yang sudah kaku. Akhirnya, tangisnya pun meledak. Ya, saya bisa paham seberapa besar rasa kehilangannya. Mayo begitu dekat dengannya.
Mayo bukanlah sekadar hewan peliharaan bagi kami. Ia sudah seperti "anak bungsu" di keluarga ini.
Sungguh, saya tak pernah mengira, ditinggal pergi hewan peliharaan ternyata bisa sesakit ini. Sampai saat ini pun, jika saya melihat foto-foto Mayo di handphone, air mata turun tak tertahan. Mayo, kucing kecil yang baru beranjak remaja, ternyata begitu cepat menemui ajalnya. Bulan Juli 2021, harus kami tutup dengan tangisan duka.
Baca: Akhirnya Mayo Jumpa Betina
Kepergian Mayo adalah kesedihan bagi kami sekeluarga. Malam hari setelah ditinggal Mayo, Mas Amay berdoa, semoga kelak ia bisa masuk surga, dan bisa bertemu lagi dengan semua yang disayanginya, termasuk Mayo.
Aamiin aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin... Semoga Allah kabulkan ya, Mas...
Now, it's time to say goodbye. Thank you for bringing joy and happiness to our lives, Dear Mayo... We love you.
Ditulis dengan Cinta, Mama