Mas Amay sering bertanya pada Mama, "Mama, dulu Mas Amay waktu kecil umur 2 tahun, udah bisa bilang apa aja?" Lalu Mama menjawab, "Mas Amay dulu sudah bisa nyanyi cicak-cicak di dinding, balonku, macem-macem. Tapi ngomongnya belum jelas. Di dinding jadi ninini, ditangkap jadi itantep, bilang pesawat jadi pecowat, bilang tutup, jadi putuk." Hahaha ... Mas Amay tertawa.
Mas Amay mungkin sudah lupa dengan masa kecil dulu ya... Tapi sedikit foto, mungkin bisa membantu mengingatnya. Sayangnya, banyak video dan rekaman suara Mas Amay yang terhapus, dan hilang seiring dengan perangkat telepon, kamera dan komputer Papa yang rusak dan sudah tidak bisa menyala lagi.
Sama seperti Mama. Mama hanya bisa mengingat masa-masa setelah berumur lebih dari 3 tahun. Mama bangun tidur siang karena disengat tawon di kamar depan di rumah Akung, dan sejak saat itu, Mama merasa "hidup". Masa sebelum itu, sudah tak mampu lagi Mama ingat, meski berkali-kali Akung bercerita, dulu Mama suka sekali diajak jalan-jalan naik vespa dan berdiri di depan.
Oya, dulu Mama sering jatuh, dan itu membuat bibir Mama "njedor". Mama sudah pernah menuliskannya di Ingatan Terdalam: Lambe Njedor dan Jari Temumulen.
Mas Amay dan Dek Aga beruntung, karena kalian hidup di jaman serba digital seperti saat ini. Foto kalian ada banyak, meski tak semuanya tercetak. Lain halnya dengan Mama. Mama tak punya banyak stok foto masa kecil, karena Akung dan Uti tak punya kamera. Kalaupun ada foto kami, itu pasti memakai kamera orang lain.
Seperti foto di bawah ini. Mama saat itu diajak Uti Anna dan Akung Edy ke Baturraden, Purwokerto. Ini kali pertama Mama pergi tanpa orangtua.
Baturraden, tahun 1994 |
Mas Amay pernah juga ya, pergi tanpa Mama Papa? Setelah lebaran Idul Fitri 2O17 kemarin, Mas Amay masih ingin liburan di rumah Akung di Purworejo. Malahan Mas Amay beberapa hari di sana, tanpa Mama Papa. Mas Amay hebat, sudah bisa mandiri.
Bicara soal kemandirian, Mas Amay jauh lebih hebat dari Mama. Dulu, waktu TK, Mama sering sekali menangis, terutama kalau Uti ninggalin Mama sendiri. Mas Amay suka menangis juga sih, tapi di TK B Mas Amay sudah nggak pernah menangis lagi. Apalagi di SD, Mas Amay jauh lebih siap dari Mama dulu.
Mama juga sering menangis kalau ada teman-teman yang jahilin Mama. Makanya, Mama sering bilang begini, "Kalau ada teman yang nakal, bilang sama ustadzah atau bu guru. Jangan diam saja ya... Kalau sudah keterlaluan, Mas Amay boleh balas. Jangan takut," karena dulu Mama penakut. Mama nggak ingin Mas Amay jadi "korban" seperti Mama dulu.
Dulu tubuh Mama memang kecil. Waktu kelas 6 SD, berat badan Mama kurang dari 25 kg. Mama sering dimarahi Uti, karena sering menolak ketika disuruh makan. Kalau sekarang, Mama jago makan ya, Mas? Hihihi...
Karena tubuh Mama yang kecil banget ini, waktu Mama kelas 4 SD, Bunda -Mbak Ika Puspita, red- kuat mengangkat tubuh Mama dengan tangan kiri saja. Ceritanya, saat itu Mama pulang sekolah sendiri. Di jalan, Mama ketemu Bunda yang waktu itu kelas 2 SMA. Bunda naik sepeda Federal. Karena Mama sendirian, Bunda boncengin Mama. Bunda angkat tubuh Mama pakai tangan kiri, lalu kami duduk di sadel sama-sama. Iya, satu sadel untuk berdua. Kebayang kan,betapa mungilnya kami saat itu? Hihihi...
Tidak hanya sekali itu Mama dibonceng di sadel sepeda sama Bunda. Waktu kelas 3 SD, teman-teman Mama mengajak Mama berenang di kolam renang Artha Tirta. Kolam renang itu jauh sekali dari rumah Akung. Mama pergi kesana sama teman-teman, tanpa ijin Uti dan Akung.
Jangan ditiru ya..
Mungkin karena sudah punya firasat kalau Mama pergi ke kolam renang -karena sebelumnya Mama sudah minta ijin tapi tidak diijinkan-, Uti menyuruh Bunda menyusul Mama. Benar, Mama ada di sana, hihihi...
Mama dibonceng pulang dengan sepeda yang sama, di sadel yang sama, setelah sebelumnya dimandiin-dikeramasin-digantiin baju sama Bunda. Sampai di rumah, Uti dan Akung bilang, lain kali nggak boleh pergi tanpa ijin orang tua. Apalagi jalan menuju kolam renang itu sangat ramai. Bahaya.
Mama patuh. Hehehe... Sejak saat itu, meski sangat ingin berenang, Mama nggak berani pergi ke sana tanpa orangtua. Karena itulah, sampai sekarang Mama belum bisa berenang, hihihi...
Itu sekelumit kisah masa kecil Mama. Alhamdulillah, walau dikelilingi dengan keterbatasan, tapi Mama tidak kekurangan kebahagiaan. Semoga Mas Amay dan Dek Aga juga ya.. Yakinlah, meski Mama Papa sering tidak bisa memenuhi keinginan kalian, tapi Mama Papa selalu berusaha memenuhi kebutuhan kalian.
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤